Quantcast
Channel: Sekolah Pendidikan Manajer Digital Marketing, Pembicara Internet Marketing, Sastra Adat Galigo Bugis
Viewing all 332 articles
Browse latest View live

Pesta Mahasiswa

$
0
0
Malam itu 28 April di Cafe Budaya, mahasiswa benar-benar berpesta. Pesta Budaya. Hari ini tepatnya malam minggu, setelah berlatih selama berminggu-minggu, mahasiswa IKAMI SULSEL cabang Malang telah berhasil mementaskan semua yang telah dipersiapkan sejak dini. Dari sejak siang, acara sudah padat, presentasi dan diskusi budaya oleh Kanda Suryadin Laoddang dan Ahmad Husain atau Cheng Prudjung. Presentasi mereka memaparkan tentang Passompe atau bisa dibilang perantau, dari tanah SULSEL menuju ke berbagai daerah di luar SULSEL.

Audience cukup beragam. Ada yang datang dari keluarga KKSS, anggota IKAMI itu sendiri dan juga dari komunitas pasca. IKAMI SULSEL cabang Surabaya dan Bogor juga berkesempatan hadir. Banyak bapak dan ibu dari KKSS datang membawa keluarganya, anak-anak yang pulang dari sekolah diajak ke venue festival budaya. Dan kegiatan presentasi sore itu semakin terasa uniknya karena venue kedatangan Daeng Rudi yang terkenal dengan warung Makassarnya, beliau hadir membawa warungnya. Tak ayal banyak keluarga yang memesan dan menikmati coto Makassar. Juga ada penganan-penganan khas SULSEL yang lain yang disediakan oleh panitia untuk menggembirakan dan membawa para audience ke alam Sulawesi. Ada es pisang ijo, es palu butung, coto Makassar, burasa, klepon, talam dan kue-kue super manis yang tersedia dalam wadah dan tutup khas Sulawesi. Semua tamu mengikuti kegiatan diskusi dengan Kanda Suryadin Laoddang dan Ahmad Husain dengan menikmati Coto dan jajanan khas SULSEL, benar-benar serasa di SULSEL kata mereka. Bahkan ada yang mengatakan serasa di Pantai Losari.

Gayeng suasana dengan tema makalah Passompe, teman-teman dari komunitas pasca yang banyak berinteraksi dengan presenter. Ada juga ibu-ibu keluarga KKSS yang hadir disana termangu-mangu. Kemungkinan mereka adalah PERSIJA, seperti yang diungkapkan oleh kanda Suryadin Laoddang, PERSIJA berarti persatuan istri jawa. Diungkapkannya hal ini dalam seminar membuat para bunda disana yan notabene anggota PERSIJA ini tersenyum. Bahkan banyak diantara keluarga KKSS dan komunitas pasca adalah PERSIJA juga. Seperti contoh istri bapak Ilham Daeng Salle adalah seorang dokter asal Banyumas, istri kanda Suryadin juga asal Yogyakarta, perawat. Ketua KKSS pun begitu. Sehingga saat disebut istilah ini semua pada lirak-lirik sendiri-sendiri tanpa kedip.

Sambil menikmati hidangan coto Makassar dan Sup Ubi, dialog semakin ramai dengan disinggungnya ungkapan Makassar itu kasar kemudian sempat disebut juga teman-teman yang suka berkelompok dalam komunitas SULSEL yang tidak membaur akibat kesulitan berakulturasi. Namun dengan paparan-paparan Suryadin Laoddang, semua mengangguk dan salut. Pengalaman-pengalaman bersosialisasi dengan orang Jawa sangat kuat, hingga adanya perbedaan-perbedaan tersebut bisa kita tepiskan. Satu kisah yang dilontarkan oleh Suryadin, bahkan meskipun ditangkap polisipun, salah satu member IKAMI di Yogyakarta, dia tidak akan langsung campur tangan untuk membantu. Sampai-sampai orangtuanyapun menelpon dari Makassar. Ini karena si mahasiswa tersangkut narkoba. Wakapolda Jateng yang notabene orang Makassar menyerahkan semua kepada KKSS bagaimana nasib anak ini. Kemungkinan untuk meringankan hukuman mungkin bisa dilakukan dengan alasan mahasiswa ini masih dalam masa studi.

Seorang bapak dari komunitas pasca, Mursalim Nohong sempat mengungkapkan kekecewaanya saat dibilang orang Makassar itu kasar. Acapkali ditanya, bapak orang Makassar yah? Dengan tegas dia jawab, tidak saya orang Bugis! Aha jawaban yang sangat keren, apalagi kalau yang tanya bloon tidak tau apa itu Makassar. Ini pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan 4 kata kukira. Kalau tidak mendalami sejarah dan budaya SULSEL secara utuh, pasti yang orang tau hanya Makassar saja. Dan yang mereka tau Makassar itu kasar.

Hal ini kemudian diklarifikasi oleh Suryadin dan Ahmadi Husain bahwa kata Makassar ada dua huruf s di dalamnya. Artinya beda dengan kata kasar yang huruf s nya hanya satu. Saya akan beri nilai E bagi kalian yang mengatakan ‘kassar’ dan ‘kasar’ itu sama. Semua mengangguk tanda setuju. Lagi kemudian kata Suryadin, bahwa kata Makassar diambil dari bahasa Portugis yaitu dari kata ‘ma’ yang artinya orang dan ‘cassart’ yang artinya hitam berkilap. Atau bisa dikatakan orang yang berkulit mengkilap. Sedangkan Ahmad Husain menjabarkan kata Makassar dari sebuah kisah, konon Rasulullah SAW pernah memunculkan diri di Makassar, sehingga ada ungkapan “mengkassara’” yang menjadikan kata Makassar tersebut muncul.

Suryadin memang benar-benar budayawan sejati, hingga sangat tidak salah IKAMI mengundang beliau ke festival budaya. Di sela-sela kegiatannya yang cukup padat, suara hp tak kunjung berhenti. Segala macam logat bahkan bahasa dia ucapkan. Rupanya ada rencana akan membeli sebuah rumah di kota Yogyakarta. Pemilik rumah yang asli dari kota gudeg ini menelpon dengan bahasa Jawa. Dan apa jawabnya?

Ternyata bahasa Jawa juga!

Wowow..benar-benar great!

Sebelum sampai di kota Malang, beliau juga baru saja meninggalkan kegiatan pemilihan Kakang dan Mbakyu Yogyakarta sebagai juri disana. Tak lama setelah hp ditutup, berdering lagi nada panggil hp beliau. Nah yang ini adalah bahasa Bugis, seseorang meminta untuk dibuatkan passport bagi putranya yang lagi mondok di Yogyakarta. Ternyata telpon dari Wabup Wajo!

Fiuh, what a channel!

Malam pun bergerak, menjelang pukul 7 acara pentas senipun dimulai. Dimulai dari pasinrilik Daeng Jamal Gentayangan dan Sandro, mahasiswa penggemar motor vespa ini menduduki panggung kecil di tengah-tengah penonton. Panggung yang dibuat cukup tinggi ini adalah tempat Sandro dan Daeng Jamal duduk untuk saling pasinrilik. Sebagai host dari acara ini, seni budaya dikemas menarik karena MC nya berbicara dalam format pasinrilik. Saya yang ternganga saja mendengar mereka dari awal sampai akhir hanya ikut-ikutan tertawa. Tapi apabila memahami konteks secara keseluruhan benar-benar saya nikmati kegayengan yang sangat jarang dan untuk pertama kali saya dengar.

Dimulai dari nyanyi lagu-lagu khas, Ininawa dll, kemudian puisi ‘Sukmaku di Tanah Makassar’, drama manguru’ dan goalnya adalah tari 4,  etnis yang sangat ditunggu-tunggu. Decak kagum dari teman-teman komunitas pasca yang duduk mepet dekat stage yang tidak terlalu tinggi. Mereka betul-betul menikmati pertunjukan disela-sela kegiatan kuliahnya yang menyita. Maka hiburan khas dari tanah SULSEL inilah obatnya, sebagai pelipur lara. Bapak Zainuddin, seorang mahasiswa S3 yang sudah cukup sepuh, menyempatkan hadir dan sepertinya beliau sangat menikmati acara dari sejak awal seminar sampai acara berakhir jam 9.

Berbagai macam bentuk dan ukuran kamera terlihat aktif dan menyala. Tak satupun event terlewatkan. Semua mengangkat tangannya tidak ingin terlewatkan satu item pun. Tak terkecuali denganku, camera Canon A480 ku yang supermini tak habis-habis kuangkat sampai tangan pegel. Bahkan tari 4 etnis pun ku rela rekam dengan video kamera sakuku. Hmm rasanya tak habis-habis ingin kerekam semua. Tangan ini yang tak sanggup jadi trimpot hidup. Harusnya punya satu trimpot yang bisa dipakai untuk shoot yang lama. Owalahhhh!

Pertunjukan masih banyak menunggu, kadang ada yang akhirnya tak bisa kurekam baik di kameraku maupun di otakku. Mungkin perbedaan bahasa yang membuat kadang masih bingung. Namun secara keseluruhan sangat menikmati. Pertunjukan yang praktis hanya 1,5 jam itu diakhiri dengan acara narsis mahasiswa yang gila foto-foto. Acara ini bahkan lebih lama dari acara pertunjukannya.

Astagah!

Dan cape lelah telah terbayarkan dengan suksesnya kegiatan festival budaya SULSEL, oleh IKAMI SULSEL cabang Malang. Beberapa masih tiduran sampai pagi di venue, menjaga dan mengemas barang-barang di cafe.

Sayonara dan see you again di Festival Anging Mamiri Desember 2012, kembali oleh IKAMI SULSEL cabang Malang. Amanat telah diberikan.

Bravo!

Sumber : http://linguafranca.info/2012/04/29/pesta-mahasiswa/
Penulis  : Ika Farikha Hentihu

KOLEKSI BUKU MAKASSAR, BUKU BUGIS (BAGIAN 1)

$
0
0
Postingan ini bersifat informasi pustaka / buku Bugis Makassar yang saya koleksi di Perpustakaan pribadi (di Yogyakarta). Koleksi buku sulawesi ini terbuka untuk dibaca oleh siapapun, bisa dibaca ditempat, tidak dipinjamkan apalagi diperjual belikan. Selain buku Bugis Makassar terdapat juga buku sulawesi lainnya, seperti buku mandar, toraja, tolotang, buton, bajo. Kesemuanya tentu bertema budaya, sejarah, adat dan seni suku-suku tersebut.

Koleksi-koleksi tersebut didapatkan dengan cara membeli langsung di kota Sengkang, Makassar, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Jakarta dan Bandung. Mencuil sedikit demi sedikit uang belanjar dapur tiap bulannya demi membeli buku-buku ini.

Ada yang harus berburu ke pasar loak di Jakarta, Solo, Yogyakarta, Sengkang, Bandung, Prambanan. Ada yang didapatkan di gudang barang-barang / kertas - buku bekas di wilayah Sleman Yogyakarta.

Ada banyak pula buku berupa pemberian dari banyak sahabat dan para tetua saya seperti Ibu Nurhayati Rahman, Ibu Andi Ima Kesuma, Ibu Nurwahidah, Bapak Ahmad Ubbe, Bapak Ivan Taniputera, Bapak Nursam, Bapak Muhlis Paeni, Bapak Nasaruddin Anshory, Ibu Syamsiah Badruddin.

Ada pula daeng Daeng Andi Rahmat Munawar, Daeng Noor Sidin, Daeng Renaldi Maulana, Daeng Danial Kribo, Daeng Joehansar Andi Latif. Serta dari adik-adikku Rasnadiah, Burhanuddin, Dian Muhtadiah Hamna, Ika Fariha Hentihu dan masih banyak yang lainnya (maaf jika terlewatkan, kelak jika teringat kembali akan ditulis disini).

Adapula berupa pemberian cuma-cuma dari penerbit Leutika, La Galigo Press dan Penerbit Ombak. Berikut daftar dari sebagian buku yang telah diinventaris.


NOJUDULPENULISPENERBITTEMPAT, TAHUN TERBIT
1300 Ungkapan Kata GaligoDrs. Andi Syamsu Alam ThahirYayasan Luqmanul Al-Hakim BoneWatampone, 2005
2Ada Sulesana Ugi MasagalaePalippui, dkkYayasan Kebudayaan Mini LatenribaliSengkang, 1992
3Ada Sulesana Ugi MasagalaE, Seri Galigo Jilid 2Drs. H.PalippuYayasan Kebudayaan Latenribali Wajo2005
4Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sul-SelMame, A. RahimProyek dan Pencatatan Kebudayaan DaerahJakarta, 1978
5Adat Istiadat Pernikahan Masyarakat BugisAndi Nurnaga, N, DraTelaga Zamsam MakassarMakassar, 2003
6Agama Islam di Sulawesi SelatanMattuladaFak. Sastra UNHASMakassar, 1976
7Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dalam SorotanRahnip, M.BA.Pustaka Progresif
8Amarah; Refleksi April Makassar Berdarah 1996Sikati, Rasmi RidjangPenerbit OmbakYogyakarta, 2005
9An Introduction To Indonesian HistoriographyEd : SoedjatmikoCornell Unversity1967
10Andi Makkasau; Menakar Harga 40.000 JiwaHasan, SabriahPenerbit OmbakYogyakarta, 2010
11Andi Pangerang Petta Rani, Profil Pemimpin yang Manunggal dengan RakyatHamid Abdullah, Prof., DrGrasindoJakarta, 1991
12Anregurutta Ambo Dalle; Maha Guru dari BugisAnshoriy Ch, Nasruddin, H..MTiara Wacana YogyakartaYogyakarta, 2009
13Antologi Sastra Daerah Nusantara; Cerita Rakyat Suara RakyatNurhayati Rahman, Sri Suksesi Adiwimarta (ed)Masyarakat Pernaskahan Nusantara & Yayasan Obor IndonesiaJakarta, 1999
14Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jilid 1: Tanah dib Bawah AnginReid, Anthony.,Yayasan Pustaka Obor IndonesiaJakarta, 2011
15Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jilid 2 : Jaringan Perdagangan GlobalReid, Anthony.,Yayasan Pustaka Obor IndonesiaJakarta, 2011
16Assikalaibineng, Kitab Persetubuhan BugisHadrawi, MuhlisPenerbit IninnawaMakassar, 2008
17Ayah Anak Beda Warna!; Anak Toraja Kota MenggugatSaroenggallo, TinoTembi Rumah BudayaYogyakarta, 2010
18Bahasa Daerah Matatappa, Jilid 2Pannamo, UmarCV. Ubudi Ujung PandangUjung Pandang, 1995
19Bahasa Daerah Matatappa, Jilid 3Pannamo, UmarCV. Ubudi Ujung PandangUjung Pandang, 1995
20Bahasa Daerah Matatappa, Jilid 5Pannamo, UmarCV. Ubudi Ujung PandangUjung Pandang, 1995
21Bahasa Daerah Matatappa, Jilid 6Pannamo, UmarCV. Ubudi Ujung PandangUjung Pandang, 1995
22Bandit Sosial di Makassar, Jejak Perlawanan I Tolok Dg. MagassingPalallo, M. NafsarRayhan IntermediaMakassar, 2008
23Beberapa Istilah Bugis dan PengertiannyaSyamsuddin Arifin, Kol, S.PdDinas Pendidikan Kabupaten WajoSengkang, 2003
24Berbekal Seribu Akal Pemerintahan Dengan Logika, Sari Pati Pidato Wakil Presedin Jusuf KallaLebang, TomiPT Gramedia Pustaka UtamaJakarta, 2006
25Bicaranna Mula Timpaengngi Sidenreng Najaji Engka Wanua Ri Sidenreng, Asal-usul “Kerajaan” Sidenreng dan Sistem Pemerintahannya ( 2 Buku )Sani, M.Yamin., dkkDepartemen P & K, Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan NusantaraJakarta, 1990
26Bingkisan Patunru; Sejarah Lokal Sulawesi SelatanPatunru, Abdurrazak Daeng.,Pusat Kajian Indonesia Timur bekerjasama dengan Lembaga Penerbitan UNHASMakassar, 2004
27Biografi Pahlawan Daerah Sul-SelRachmah PEMDA TK I Sul-SelUjung Pandang, 1976
28Bissu', Pergulatan dan Peranannya di Masyarakat BugisLathief, Halilintar DesantaraMakassar, 2004
29Boegineesch-Hollandsch Woordenboek, Hollandsch-Boegineesch Woordenlijst (1)Matthes, B.F.,HET Nederlandsch Gouvernement Te's Gravenhage, BIJ M.NijhoofAmsterdam, 1874
30Boegineesch-Hollandsch Woordenboek, Hollandsch-Boegineesch Woordenlijst (2)Matthes, B.F.,HET Nederlandsch Gouvernement Te's Gravenhage, BIJ M.NijhoofAmsterdam, 1874
31Buku Cerdas Sulawesi SelatanShaff, Muhtamar Yayasan Karaeng PattigalloangGowa, 2005
32Capita Selecta Kebudayaan Sul_SelAbidin, Prof. Dr. Andi Zainal.,UNHAS PressUjung Pandang, 1999
33Cerita Rakyat Sulawesi SelatanBert T. Lembang, dkkYayasan Pustaka NusantaraYogyakarta, 2002
34Cerita Yang DianggukkanLathief, HalilintarPADAT DAYA - Pusat Data Budaya MakassarMakassar, 2003
35Cina Peranakan Makassar, Pembauran Melalui perkawinan antar BudayaBahrum, Shaifuddin Yayasan Baruga NusantaraMakassar, 2003
36Cinta, Laut dan Kekuasaan dalam Epos La Galigo
37Dampak Lingkungan Budaya Akibat Berdirinya Pabrik Gula di TakalarBachtiar, Ridasari Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Ujung Pandang Ujung Pandang, 1997
38Detik-detik Yang Menentukan, Jalan Panjang Indonesia Menuju DemokrasiBacharuddin Jusuf HabibieTHC MandariJakarta, 2006
39Diaspora Bugis – Makassar dan Kebangkitan NasionalPaeni, Mukhlis.,Dep. BUDPAR, MSI dan ATLJakarta, 2008
40Diaspora Bugis di Alam Melayu NusantaraBakti, Andi Faisal (Editor)IninnawaMakassar, 2010
41Dinamika Bugis MakassarMukhlis (Editor)PLPIIS-YIISUjung Pandang, 1986
42Dinamika Perkawinan Adat dalam Masyarakat Bugis BoneLamallongeng, Asmat RiadyDinas Kebudayaan & Pariwisata Kab. BoneWatampone, 2007
43Direkori Edisi Naskah NusantaraEdi S.EkadjatiMasyarakat Pernaskahan Nusantara & Yayasan Obor IndonesiaJakarta, 2000
44Eksistensi Pakkacaping, Budaya Ekspresi Masyakarakta Gowa Sulawesi-SelatanRazak, AmirLanarka PublisherYogyakarta, 2008
45Ekspedisi Phinisi Nusantara; Pelayaran 69 Hari Mengarungi Samudra PasifikPius CaroKompasJakarta, 2012
46Elong Dalam Sastra BugisJemmainPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Jakarta, 1998
47Elongkelong Sakke Rupa (Bunga Rampai Pantun Bugis)Ali, A. MuhammadDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan Sul-Sel Kantor Kab. BoneWatampone, 1998
48Ensiklopedi Kebudayaan LuwuAnwar, IdwarKomunitas Kampung SawerigadingLuwu, 2007
49Ensiklopedia Sejarah Sul-Sel sampai tahun 1905Mappangara, Suriadi (Editor0Dinas Kebudayan dan Pariwisata Sul-SelMakassr, 2004
50Epos Karaeng Tunisombaya ri GowaDepartemen Pendidikan dan KebudayaanDepartemen Pendidikan dan KebudayaanJakarta, 1997
51Formalitas dan Sinkritis Dalam Warisan Budaya Agama di Sulawesi SelatanMukhlisDepartemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional 1992Jakarta, 1992
52Gadis PakarenaKhrisna PabicharaDolphinJakarta, 2012
53Gadis Portugis Kisah Gadis yang Terseret Cinta di Medan Perang (Novel Sejarah)Manan, MappajarungiNajahYogyakarta, 2011
54Galigo, Kebudayaan Daerah BugisAnonimTidak Dipublikasikan
55Gaukeng To Wajo'E; Manajemen Sukses Mengasuh Anak etnik Bugis WajoBadruddin, SyamsiahLeutika BooksYogyakarta, 2012
56Gerakan Sosial di Tanah Bugis, Raja Tanete La Patau Menantang BelandaAsba, A. RasyidPenerbit OmbakYogyakarta, 2010
57Glosarium Sulawesi Selatan dan BaratMappangara, Suriadi Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional MakassarMakassar, 2006
58Haji Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim; Raja Bone XXXII Arfa, Muhammad, dkkPEMDA TK.I Sul-SelMakassar, 1993
59Histografi Perbudakan, Sejarah Perbudakan di Sulawesi Selatan Abad XIXAnwar ThosiboIndonesiatera, MagelangMagelang, 2002
60Hj. Andi Siti Nurhani Sapada, Dari Sangkar Saoraja Menuju Pentas DuniaNurwahidahBio PustakaYogyakarta, 2004
61Hj. Athirah KallaTeteng, Basti,. dkkPenerbit Ombak Yogyakarta, Yogyakarta, 2008
62Hukum Adat, Kesusilaan MalawengAhmad UbbePustaka WatamponeJakarta, 2008
63Hukum Laut, Pelayaran dan PerniagaanLopa, BaharuddinPenerbit AlumniBandung, 1982
64Hukum, Kekerasan & Kearifan Lokal Penyelesaian Sengkera di Sulawesi SelatanThontowi, JawahirPustaka FahimaYogyakarta, 2007
65Humor di Dalam Sastra Klasik Sulawesi SelatanMahmud., dkkPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Jakarta, 1994
66I La GaligoKern, R.A.,Gadjah Mada University PressYogyakarta, 1993
67I La Galigo Jilid I (Arung Pancana Toa)Nurhayati R, dkk (Editor)DjambatanJakarta, 1995
68I MappakmaittojengDepartemen Pendidikan dan KebudayaanDepartemen Pendidikan dan KebudayaanJakarta, 1997
69Ilmu Pengetahuan, Teknologi & Pembangunan Bangsa, Kumpulan Pidato/Ceramah 1996-1997Habibie, BJ.,BPP Tehnologi, JakartaJakarta, 1997
70Indonesia di PanyingkulFarid, Lily Yulianti (Editor)PanyingkulMakassar, 2008
71Islamisasi Kerajaan Gowa (Abad XVI sampai Abad XVII)M. Sewang, AhmadYayasan Obor IndonesiaBogor, 2005
72Islamisasi MakassarNoorduyn, J.,BhataraJakarta, 1972
73Iyanae Paoda Adaengngi Attoriolongnge Ri Tanete, Sejarah Kebudayaan TaneteMusa, H.Abd.GaffarDepartemen P & K, Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Jakarta, 1990
74Jagad MaritimSalman, DarmawanIninnawaMakassar, 2006
75Jenderal M.Jusuf, Panglima Para PrajuritSumarkidjo, AtmadjiPenerbit KATAJakarta, 2006
76Kamus Bahasa Bugis – IndonesiaSaid, M. Ide, DMPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUDJakarta, 1977
77Kamus Makassar – IndonesiaAries, Aburera, DrsYapik DDIUjung Pandang, 1995
78Karena Kerendahan BudiMuntu, HSDDepartemen P & K, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan DaerahJakarta, 1979
79Kearifan Lingkungan Hidup Manusia Bugis; Berdasarkan Naskah Meong MpaloeRahman, NurhayatiLa Galigo PressMakassar, 2009
80Kebudayaan BugisHamid, H. Abu, Prof.Dr.Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi SelatanMakassar, 2006
81Kebudayaan TolakiTarimana, Abdurrauf Balai PustakaJakarta, 1993
82Kejahatan Korupsi dan Penegakan HukumLopa, BaharuddinPenerbit Buku KompasJakarta, 2001
83Kembara Bahari, Esei Kehormatan 80 Tahun Adrian B.LapianKanumoyoso, Bondan, dkk (Editor)Komunitas BambuJakarta, 2009
84Kepemimpinan Bahari, Sebuah Alternatif Kepemimpinan Pemerintahan IndonesiaLabolo, Muhammad (editor)Ghalia IndonesiaBogor, 2011
85Kepercayaan Asli Bugis di Sulawesi Selatan, sebuh kajian antropologi Budaya. Laporan Penelitian Desertasi. Halilintar LatifProgram Pasca Sarjan Universitas Hasanuddin MakassarMakassar, 2005
86Kerajaan Gowa Abad XIXAmir, MuhammadKementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2004Jakarta, 2004
87Kerajaan Gowa Tahun 1900 - 1942Sarapang, Simon S.Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2004Jakarta, 2004
88Kerajaan Nepo; Sebuah Kearifan Lokal Dalam Sistem Politik Tradisional Bugis di Kabupaten BarruAsba, A. RasyidPenerbit OmbakYogyakarta, 2010
89Kisah Kisah Bijak Orang Sul-Sel, jilid 1A. Shadiq KawuPustaka RefleksiMakassar, 2007
90Kisah Kisah Bijak Orang Sul-Sel, jilid 2A. Shadiq KawuPustaka RefleksiMakassar, 2007
91Kisah Wafatnya Nabi Muhammad SAW, Versi Bahasa MakassarSantoso, S.Budi, dkkDepartemen P & K, Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Jakarta, 1990
92Kissana Anakna Karaeng Ri BanuasangHakim, ZainuddinPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Jakarta, 1995
93Koleksi Pilihan Museum Negeri Propinsi Sulawesi Selatan “La Galigo” Jilid I & IIData, Muh. Yamin., dkkBag. Proyek Pembinaan Permuseuman Prop. Sul-SelUjung Pandang, 1993
94Koleksi Pribadi : Kumpulan Lontara KeluargaAnonimTidak Dipublikasikan
95Konsep Kepemilikin, Kekuasaan dan Kewibawaan di Sulawesi Selatan Dahulu KalaAbidin, Andi Zainal.,Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional 1992Jakarta, 1992
96Konsep Lingkungan Dalam Naskah La Galigo Ditinjau Dari Perspektif Etika LingkunganSungkilang, Sitti AaisyahTesis, Fakultas Filsafat Univ. Gadjah MadaYogyakarta, 2010
97Kontinuitas & Perubahan Dalam Sejarah Sulawesi SelatanSutherland, Heather, dkkPenerbit OmbakYogyakarta, 2004
98Kopra Makassar Perebutan Pusat dan Daerah; Kajian Sejarah Ekonomi Politik Regional di IndonesiaAsba, RasyidYayasan Obor IndonesiaJakarta, 2007
99Kosa Kata Bergambar Bahasa Bugis, Serial Pengenalan Aksara Lontara Untuk Anak-Anak SulawesiSyamsuddin Arifin, Kol, S.PdSamajayaSengkang, 2003
100Kuasa dan Usaha di Masyarakat Sulawesi SelatanRoger Tol, dkk (Editor)Penerbit Ininnawa MakassarMakassar, 2009


BERSAMBUNG,

KOLEKSI BUKU MAKASSAR, BUKU BUGIS ( BAGIAN 2 )
KOLEKSI BUKU MAKASSAR, BUKU BUGIS ( BAGIAN 3 )

KOLEKSI BUKU MAKASSAR, BUKU BUGIS (BAGIAN 2)

$
0
0
Postingan ini bersifat informasi pustaka / buku Bugis Makassar yang saya koleksi di Perpustakaan pribadi (di Yogyakarta). Koleksi buku sulawesi ini terbuka untuk dibaca oleh siapapun, bisa dibaca ditempat, tidak dipinjamkan apalagi diperjual belikan. Selain buku Bugis Makassar terdapat juga buku sulawesi lainnya, seperti buku mandar, toraja, tolotang, buton, bajo. Kesemuanya tentu bertema budaya, sejarah, adat dan seni suku-suku tersebut.

Koleksi-koleksi tersebut didapatkan dengan cara membeli langsung di kota Sengkang, Makassar, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Jakarta dan Bandung. Mencuil sedikit demi sedikit uang belanjar dapur tiap bulannya demi membeli buku-buku ini.

Ada yang harus berburu ke pasar loak di Jakarta, Solo, Yogyakarta, Sengkang, Bandung, Prambanan. Ada yang didapatkan di gudang barang-barang / kertas - buku bekas di wilayah Sleman Yogyakarta.

Ada banyak pula buku berupa pemberian dari banyak sahabat dan para tetua saya seperti Ibu Nurhayati Rahman, Ibu Andi Ima Kesuma, Ibu Nurwahidah, Bapak Ahmad Ubbe, Bapak Ivan Taniputera, Bapak Nursam, Bapak Muhlis Paeni, Bapak Nasaruddin Anshory, Ibu Syamsiah Badruddin.

Ada pula daeng Daeng Andi Rahmat Munawar, Daeng Noor Sidin, Daeng Renaldi Maulana, Daeng Danial Kribo, Daeng Joehansar Andi Latif. Serta dari adik-adikku Rasnadiah, Burhanuddin, Dian Muhtadiah Hamna, Ika Fariha Hentihu dan masih banyak yang lainnya (maaf jika terlewatkan, kelak jika teringat kembali akan ditulis disini).

Adapula berupa pemberian cuma-cuma dari penerbit Leutika, La Galigo Press dan Penerbit Ombak. Berikut daftar dari sebagian buku yang telah diinventaris.


Posting ini adalah sambungan dari postingan dengan judul yang sama sebelumnya. Berikut adalah daftar buku Buku Makassar, Buku Bugis ( 100 judul berikutnya ).



NOJUDULPENULISPENERBITTEMPAT, TAHUN TERBIT
101Kumpulan Cerita Legenda Dari Tanah DuriDepartemen Pendidikan dan KebudayaanDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan1997
102Kumpulan Puisi, Berlayar di Pamor BadikImron, D. Zawawi The Habibie CenterJakarta, 2007
103Kumpulan Sastra BugisSyamsuddin Arifin, Kol, S.PdDinas Pendidikan Kabupaten WajoSengkang, 2003
104Kun.. Fa Yakun (Novel)Bombang, AndiDiva PressYogyakarta, 2007
105Kupu-Kupu di Bantimurung; Antologi Cerpen Remaja IIIS. Amran Tasai & A. Rozak Zaidan (ed)Yayasan Obor IndonesiaJakarta, 2003
106La Galigo Jilid II (Arung Pancana Toa)Nurhayati R, dkk (Editor)Lembaga Penerbitan UNHASMakassar, 2000
107La Galigo, Menelusuri Jejak Warisan Sastra DuniaNurhayati R, dkk (Editor)Pusat Studi Lagaligo UNHAS – Pemkab BarruMakassar, 2003
108La Maddukelleng, Sultan Pasir, Arung Peneki, Arung Siengkang, Arung Matoa Wajo XXXIMaulana, Andi Munir, SHLamacca PressSengkang, 2003
109La Sinrang Bakka Lolona Sawitto Petta Lolo Lasinrang, Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan Republik IndonesiaArfa, Muhammad, dkkInpres Daerah Tingkat-I Propinsi Sulawesi Selatan 1997/1998Ujung Pandang, 1998
110Laporan Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Sulawesi SelatanEd. Panangrangi HamidDepartemen Pendidikan dan Kebudayan Sul-SelUjung Pandang, 1998
111Laporan Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Sulawesi Selatan, Latenritatta Aru’Palakka Dalam Konteks Sejarah Sulawesi SelatanRasyid MS, Darwas, DrsDepdikbud, Dirjen Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang, 1994/1995Ujung Pandang, 1995
112Laporan Penelitian, Sejarah dan Nilai Tradisional Makassar tentang Kerajaan Gowa Pasca Perjanjian BungayaKila, Syahrir, Drs., dkkBalai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional MakassarMakassar, 2004
113Latoa, Satu Lukisan Antropologi Politk Orang BugisMattuladaHasanuddin University PressUjung Pandang, 1995
114Lontara Bilang, Mozaik Pergolakan Batin Seorang Perempuan BangsawanColli' PujiE' , diterjemahkan oleh Ahmad SaransiKomunitas SawerigadingMakassar, 2008
115Lontarak Pabbura; Suatu Kajian Tentang Sistem Medis Orang Bugis di Sulawesi SelatanFarid, Zaenal Abidin (Editor)Departemen Dan Kebudayaan Sul-SelUjung Pandang, 1986
116Lontarak Tellumpocco’E Departemen Pendidikan dan KebudayaanDepartemen Pendidikan dan KebudayaanUjung Pandang, 1992
117Makassar Abad XIX, Studi Tentang Kebijakan Perdagangan MaritimPoelinggomang, Edward L KPG JakartaJakarta 2002
118Makassar dari Jendela Pete-pete, Catatan Seorang Pengguna JalanWinarni KSPenerbit IninnawaUjung Pandang, 2009
119Makassar di Panyingkul, Pilihan Kabar Orang Biasa 2006-2007Farid, Lily Yulianti, dkkPanyingkulMakassar, 2007
120Makassar Nol Kilometer, edisi RevisiRahman, Anwar J., dkk (Editor)IninnawaMakassar, 2011
121Makkunrai dan 10 Kisah Perempuan LainnyaLily Yulianti FaridNala Cipta LiteraMakassar, 2008
122Makna Simbol dan Fungsi Tata Rias Pengantin Pada Suku Bangsa Bugis di Sulawesi SelatanSani, M.Yamin., dkkDinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi SelatanMakassar, 2010
123Makna Simbolik Pertunjukan Elong-Kelong Ma'biola; Interaksi dan Interpretasinya dalam Masyarakat Bugis WajoAgussalim, AndiUniversitas Indonesia, Disertasi, tidak dipbulikasikanJakarta, 2010
124Manusia BugisChristian PelrasNalarJakarta, 2006
125Manusia Bugis Makassar, Suatu tinjauan Historis terhadap pola tingkah laku dan pandangan hidup manusia Bugis – MakassarAbdullah, HamidInti Idayu Press, Jakarta, 1985
126Manusia, Kebudayaan, dan Pembangunan Sulawesi SelatanSani, M.Yamin., dkkDinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi SelatanMakassar, 2005
127Masyarakat Sulawesi Selatan; Apropriasi Embrio Sulawesi Selatan di Yogyakarta, Andi Fajar Asti (Ed)Keluarga Angin Mammiri Mahasiswa Pascasarjana Sulawesi SelatanYogyakarta, 2010
128Mekanisme Appabottingen Ri Tana Ugi Sulawesi SelatanPalippu, H, Drs., dkkYayasan Kebudayaan Latenribali Kab. Wajo Sengkang, 2005
129Membaca Karakter Orang Berdasarkan EtnisnyaMuhammad, As'AdiNajahYogyakarta, 2011
130Menuju Negara Kesatuan Republik Indonesia, Peranan Pemimpin Lokal dan Dinamika Politik di Sulawesi-Selatan dan Sumatera Timur 1950Chaniago, JR. Desertasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Yogyakarta, 2002
131Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam SejarahMattuladaPenerbit OmbakYogyakarta, 2011
132Meompalo KarelaeMattalitti, M.AriefDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan JakartaJakarta, 1989
133Migrasi dan Orang BugisKesuma, Andi Ida Penerbit OmbakYogayakarta, 2004
134Monografi Kabupaten GowaBahri, Syamsul Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Ujung Pandang Ujung Pandang, 1997
135Monografi Kebudayaan Sulawesi SelatanHamzah, Aminah P.,PEMDA TK.I Sul-SelUjung Pandang, 1984
136Morfologi Bahasa BugisJusuf, H.A.M, Drs., State University of Makassar PressMakassar, 2004
137Mula Tau, Satu Studi Tentang Mitologi Orang BugisNyoMpa, Drs. Hm Nyompa, dkkFISIP UNHASUjung Pandang, 1992
138Navigasi BugisAmmarell, Gene Hasanuddin University PressMakassar, 2008
139Nilai-Nilai Luhur Budaya Spritual Masyarakat Amma Toa KajangAminah. PH, Sitti DraKanwil Depdikbud Propinsi Sulawesi Selatan Ujung Pandang, 1989
140Nilai-nilai utama kebudayaan BugisRahim, R.A, RahmanHasanuddin University PressUjung Pandang, 1992
141Nilai-nilai utama kebudayaan BugisRahim, A.Rahman.,Penerbit OmbakYogyakarta, 2011
142Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Upacara Maddoja Bine’ di Kabupaten BarruSalam, Rahayu Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Ujung Pandang Ujung Pandang, 1997
143Nurdin Halid, Pertaruah Integritas; Sebuah Biografi PolitikYusuf, Ramli HM,.Penerbit Lembaga Studi Pembangunan IndonesiaJakarta, 2002
144Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut, Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIXLapian, Adrian B. Komunitas BambuJakarta, 2009
145Orang Soppeng Orang Beradab, Sejarah, Silsilah Raja-raja, Objek WisataTangke, A. Wanua, dkkPustaka RefleksiMakassar, 2006
146Pak Kalla dan Presidennya; Sisi Lain tentang JKNugroho, WisnuKompasJakarta, 2011
147Pangngajak TomatoaHakim, ZainuddinPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Jakarta, 1992
148Panngajarak Tu Panitra Dalam Sastra MakassarErmaida., Rasydi, AbdulPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Jakarta, 1999
149Pantun-Pantun MakassarNappu, Sahabudddin, dkkDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan JakartaJakarta, 1991
150Paruntukkana MangkasarakDepartemen Pendidikan dan KebudayaanDepartemen Pendidikan dan KebudayaanJakarta, 1997
151Pasang dan Paruntuk Kana dalam Sastra Klasik MakassarHakim, ZainuddinPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Jakarta, 1992
152PassompeHamid, AbuPustaka RefleksiMakassar, 2005
153Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17Lapian, Adrian B. Komunitas BambuJakarta, 2008
154Pemberontakan Kahar Muzakkar, Dari Tradisi ke DI/TIISillars Harvey, BarbaraGrafiti PressJakarta, 1989
155Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika; Penjelajah Bahari, Pengaruh Peradaban Nusantara di AfrikaRead, Robert DickMizanBandung, 2008
156Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Daerah Sulawesi SelatanYasil, Suradi, dkkProyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Sulawesi SelatanUjung Pandang, 1985
157Perang Makassar1669, Prahara Benteng Somba Opu (Novel Sejarah)Noor, S.M.,Penerbit Buku KompasJakarta, 2011
158Perdamaian Ala JK; Poso Tenang, Ambon DamaiAwaluddin, HamidGrasindoJakarta, 2009
159Perempuan Makassar, Relasi Gender Dalam FolklorIswary EryPenerbit OmbakYogyakarta, 2010
160Perempuan untuk Perempuan, Sketsa Pemikiran Perempuan untuk Pemberdayaan Potensi Perempuan di Sulawesi SelatanFitri Balasong, A. Nur, dkkTo AccaE PublishingMakassar, 2006
161Peribahasa MakassarHakim, ZainuddinPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Jakarta, 1995
162Perilaku Pengasuhan Anak Keluarga Bugis Wajo; Kajian Sosiologi pada 12 Keluarga yang Sukses Mengasuh Anak)Badruddin, SyamsiahDesertasi, UNHASMakassar, 2004
163Peristiwa Tahun-tahun Bersejarah Daerah Sulawesi Selatan dari Abad ke XIV s/d XIXRasjid MS, Darwas Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Ujung Pandang Ujung Pandang, 1991
164Perkawinan BugisMillar, Susan Bolyard IninnawaMakassar, 2009
165Permainan Rakyat Sulawesi-SelatanMonoharto, Gunawan,. & Sukatanya, Yudisthira (Editor)Lamacca PressMakassar, 2003
166Persepsi Orang Bugis, Makassar tentang Hukum, Negara dan Dunia LuarAbidin, Prof. Dr. Andi Zainal Penerbit AlumniBandung, 1983
167Petta La Maddukelleng, Pahlawan Nasional Indonesia dari Tanah Bugis WajoHamid M., Drs. HDinas Pendidikan Kabupaten WajoSengkang, 2006
168Pitu Ulunna Salu dalam Imperium Sejarah; Menguak Kisah Rakyat Mandar Ditulis Dalam Gaya Jurnalisme ModernSahuding, SarmanPemerintah Kabupaten MamujuMakassar, 2004
169Pola pemukiman pedesaan daerah Sulawesi SelatanDepartemen Pendidikan dan KebudayaanProyek Inventarisasi dan DokumentasiJakarta, 1983
170Potret Manusia KajangAkib, YusufPustaka RefleksiMakassar, 2003
171Puisi Kalindaqdaq MandarMuthalib, AbdulDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan JakartaJakarta, 1991
172Raja dan Kerajaan Yang Merdeka di Indonesia 1680-1910Resink, G.J. Penerbit DjambatanJakarta, 1987
173Reaktualisasi Etos Budaya Manusia BugisAbdullah, HamidRamadhani, SoloSolo, 1990
174Representasi Identitas Budaya Makassar dalam Pemberitaan Situs Penyingkul.com periode 2006-2010WardahTesis, Fisipol Univ. Gadjah MadaYogyakarta, 2012
175Retna Kencana Colliq Pujie Arung Pancana Toa 1812-1876; Intelektual Penggerak ZamanRahman, NurhayatiLa Galigo PressMakassar, 2008
176Ritumpanna Welerennge, Sebuah Episoda Sastra Bugis Klasik LagaligoEnre, Facruddin Ambo Yayasan Obor IndonesiaJakarta, 1999
177Sadur, Sejarah Terjemahan di Indonesia dan MalaysiaLoir, Henri Chambert.,KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)Jakarta, 2009
178Sandeq, Perahu Tercepat NusantaraAlimuddin, Muhammad Ridwan Penerbit OmbakYogyakarta, 2009
179Sangkakrupa Kelong MangkasarakDepartemen Pendidikan dan KebudayaanDepartemen Pendidikan dan KebudayaanJakarta, 1997
180Sastra Bugis KlasikSyahril, Nur AzizahPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Jakarta, 1999
181Sastra Lisan BugisAmbo Enre, Fachruddin, DkkP3 B Depdikbud, JakartaJakarta, 1981
182Sawerigading Folktale SulawesiMattulada, dkk (Ed)DepdikbudJakarta, 1990
183Sejarah BoneHamid, Abu., Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten BoneMakassar, 2007
184Sejarah Islam di Sulawesi SelatanMappangara, Suriadi & Irwan AbbasBiro KAPP Setda Prop. Sul-Sel & Lamaccar PressMakassar, 2003
185Sejarah Kebudayaan SulawesiP, Mukhlis, dkkProyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah NasionalJakarta, 1995
186Sejarah Perjuangan Angkatan 45 di Sul-SelDrs. Sarita PawiloyDHD 45 Sul-SelUjung Pandang, 1987
187Sejarah Rempah; Dari Erotisme sampai ImprealismeTurner, JackKomunitas BambuJakarta, 2011
188Sejarah Revolusi Kemerdekaan di Daerah Bulukumba 1945 – 1950Rachman, Sukirman A. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Ujung Pandang Ujung Pandang, 1997
189Sejarah, Masyarakat dan Kebudayaan Sulawesi SelatanH.A. Mattulada, Prof. Dr. Hasanuddin University PressUjung Pandang, 1998
190Sekelumit Sejarah Upu di SebukitSahar, Mohd. Jusuf,.Percetakan Tabah Ptk.Pontianak, 1975
191Semesta Galesong, Senarai Catatan Seorang WargaAzis, Kamaruddin Penerbit IninnnawaMakassar, 2009
192Sepucuk surat dari Seorang Bangsawan Gowa di Tanah Pembuangan (Ceylon) dalam Jurnal Wacana, Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya, Sastra dan Seputar Sejarah Seputar Era VOCSuryadiFakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Univ. IndonesiaJakarta, 2008
193Silariang, Siri Orang MakassarSaid, Natzir HMPustaka Refleksi2005
194Sintaksis Bahasa BugisJunus, Andi MuhammadBadan Penerbit UNMMakassar, 2002
195Siri' dan Pesse', Harga diri manusia Bugis, Makassar, Mandar dan TorajaHamid, Abu, dkkPustaka RefleksiMakassar, 2003
196Siri', Bagian Kesadaran Hukum Rakyat Bugis MakassarMarzuki, Laica UNHAS PressUjung Pandang, 1995
197Sistem Perkawinan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi BaratAhmad MS, Abd. Kadir.,Indobis PublishingMakassar, 2006
198Sistem Upacara Perkawinan Adat Makassar di Sulawesi SelatanSaleh, Nur Alam Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Ujung Pandang Ujung Pandang, 1997
199Songko Ure Cak, Topi Tradisional Bugis MakassarA. Baso, Jawiah., dkkProyek Pengembangan Permuseuman Sul-Sel 1983-1984Ujung Pandang, 1983
200Spirit Of WajoBAPEDA WajoYayasan PenamasMakassar, 2000


BERSAMBUNG,


KOLEKSI BUKU MAKASSAR, BUKU BUGIS ( BAGIAN 3 )
KOLEKSI BUKU MAKASSAR, BUKU BUGIS ( BAGIAN 1 )

PELUANG USAHA : MUKENA DISTRO

$
0
0
Sejenak keluar dari domain budaya.

Sejak setahun lalu, saya memulai bisnis baru. Sejatinya sekedar membantu menjalankan usaha istri, usaha rumahan. Langkah ini kami tempuh untuk melebarkan peluang kami untuk mencari segengam emas permata dan sesuap intan berlian demi bertahan hidup dan menguatkan bekal hidup kami dan anak kami kedepan, kelak.

Sejenak keluar dari domain budaya, ternyata memang harus saya jalani. Karena jalan budaya yang saya geluti masih memerlukan subsidi logistik dan sumber daya lainnya dari diri pribadi. Karena memang mengakrabi alias menggeluti dunia budaya sama halnya sebuah pengabdian. Kalau bukan kita siapa lagi? kalau bukan sekarang kapan lagi?

Inilah bisnis yang saya geluti sekarang, berharap dari bisnis ini bisa gapai asa yang belum tercapai selama ini, tak sekedar mengantang asap.

MUKENA DISTRO

Kami menyediakan mukena / rukuh / telekung dengan konsep distro, satu motif diproduksi terbatas. Dengan desain cantik yang unik dan jahitan dengan kualitas terjaga, jadikan mukena distro tampil lebih anggun, penuh pesona, cantik dan penuh gaya.

Mukena distro cocok untuk dipakai beribadah sehari-hari, untuk berpergian, bahkan mukena distro kerap dijadikan hadiah bagi keluarga, hadiah bagi rekanan. Bahkan mukena distro kerap dipakai sebagai kado pernikahan bahkan sebagai mahar atau seserahan nikahan.

Mukena / rukuh / telekung dengan konsep distro ini terbuat dari bahan katun yang ringan (jatuh) dan tidak panas, dilengkapi tas yang juga unik dan terkesan eksklusif. Karena, sejatinya mukena distro adalah mukena eksklusif, mukena anggun, mukena cantik, mukena unik dan mukena yang penuh pesona.

Kami juga melayani produksi mukena couple, mukena untuk pasangan keluarga yang terdiri dari mukena untuk sang ibu, mukena untuk anak (jumlah tergantung pesanan), bahkan jika dibutuhkan kami siap desainkan setelan busana koko / baju muslim untuk sang suami yang senada dengan mukena sang ibu dan sang anak.

Mungkin ada sahabat yang berniat jadi reseller?

KOLEKSI BUKU MAKASSAR, BUKU BUGIS (BAGIAN 3)

$
0
0
Postingan ini adalah lanjutan dari dua postingan sebelumnya. Awalnya, daftar buku Bugis akan tayang dalam sebuah postingan saja, namun ternyata hasilnya tidak maksimal. Selain itu ruang yang disediakan dalam blog ini tidak sanggup tayangkan postingan sepanjang itu. Maka, postingan dengan judul "KOLEKSI BUKU MAKASSAR, BUKU BUGIS" ini akhirnya dibagi dalam tiga postingan.

Postingan ini bersifat informasi pustaka / buku Bugis Makassar yang saya koleksi di Perpustakaan pribadi (di Yogyakarta). Koleksi buku sulawesi ini terbuka untuk dibaca oleh siapapun, bisa dibaca ditempat, tidak dipinjamkan apalagi diperjual belikan. Selain buku Bugis Makassar terdapat juga buku sulawesi lainnya, seperti buku mandar, toraja, tolotang, buton, bajo. Kesemuanya tentu bertema budaya, sejarah, adat dan seni suku-suku tersebut.

Koleksi-koleksi tersebut didapatkan dengan cara membeli langsung di kota Sengkang, Makassar, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Jakarta dan Bandung. Mencuil sedikit demi sedikit uang belanjar dapur tiap bulannya demi membeli buku-buku ini.

Ada yang harus berburu ke pasar loak di Jakarta, Solo, Yogyakarta, Sengkang, Bandung, Prambanan. Ada yang didapatkan di gudang barang-barang / kertas - buku bekas di wilayah Sleman Yogyakarta.

Ada banyak pula buku berupa pemberian dari banyak sahabat dan para tetua saya seperti Ibu Nurhayati Rahman, Ibu Andi Ima Kesuma, Ibu Nurwahidah, Bapak Ahmad Ubbe, Bapak Ivan Taniputera, Bapak Nursam, Bapak Muhlis Paeni, Bapak Nasaruddin Anshory, Ibu Syamsiah Badruddin.

Ada pula daeng Daeng Andi Rahmat Munawar, Daeng Noor Sidin, Daeng Renaldi Maulana, Daeng Danial Kribo, Daeng Joehansar Andi Latif. Serta dari adik-adikku Rasnadiah, Burhanuddin, Dian Muhtadiah Hamna, Ika Fariha Hentihu dan masih banyak yang lainnya (maaf jika terlewatkan, kelak jika teringat kembali akan ditulis disini).

Adapula berupa pemberian cuma-cuma dari penerbit Leutika, La Galigo Press dan Penerbit Ombak. Berikut daftar dari sebagian buku yang telah diinventaris.


NOJUDULPENULISPENERBITTEMPAT, TAHUN TERBIT
201Sultan Hasanuddin Menentang V.O.CSagimun M.DProyek Pembinaan Sekolah DasarJakarta, 1985
202Sure’ Pangajana Nabitta Muhammad, S.A.WJusuf, Nurdin, Drs., dkkDepartemen P & K, Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan DaerahJakarta, 1979
203Sure’ Ugi Sakke’ RupaPanrala, Nana Suro ?-------,1872
204Surek Pangngjakna Nabita Muhammad SAW, Nennia Abdul IbadiMulya, Abdul KadirDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan JakartaJakarta, 1991
205Surek-Surek dan Puang Rimaggalatung; Terjemahan Beberapa Nasakah Lontara Bugis Jilid II & IIISikki, MuhammadTidak Dipublikasikan
206Syair Perang mengkasar, sebuah reportasi sastrawi bergaya Melayu dari jurutulis Sultan Hasanuddin tentang kejatuhan salah satu kerajaan terbesar di Abad XVIISkinner, C., (Editor)Penerbit Ininnawa MakassarMakassar, 2008
207Syair-syair dalam sastra TorajaJemmain., Hastianab.,Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Jakarta, 1999
208Syekh Yusuf, Seorang Ulama, Sufi dan PejuangHamid, AbuYayasan Obor IndonesiaJakarta, 2005
209Tarekat Imam LapeoNaim, Muh. Yusuf., dkkPustaka RefleksiMakassar, 2005
210Tempat-Tempat Spritual di Propinsi Sulawesi SelatanAsiarto, LuthfiDepartemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan FilmJakarta, 2005
211The BugisCristian PelrasBlackwell PublisherOxford, 1996
212The Herigate Of Arung PalakkaAndaya, Leondard YThe Hauge – Martinus NijhoffLeiden, 1981
213The True Life of Habibie, Cerita di Balik KesuksesanMakka, A. MakmurPustaka ImanJakarta, 2008
214Trunojoyo Sang Pendobrak (Novel Sejarah)Komandoko, GamalDiva PressYogyakarta, 2009
215Tudang Ade' Menelusuri Hari Jadi LuwuPicunang, Badaruddin Andi (Editor)Lembaga Pers Ikatan Pelajara Mahasiswa Luwu (IPMIL)Ujung Pandang, 1995
216Ulama Bugis Dalam Dinamika Sosial di Sulawesi SelatanAhmad, KadirDesertasi UNHASMakassar, 2005
217Upacara Adat Istiadat Masyarakat BugisDrs. Nonci, S.PdTelaga Zamsam MakassarMakassar, 2002
218Upacara Kematian Masyarakat Bugis, Makassar dan MandarDrs. Nonci, S.PdCV Aksara MakassarMakassar, 2003
219Upacara Tradisional Daerah Sulawesi SelatanPadulungi, M. Basri, Drs. DkkPadulungi, M. Basri, Drs. DkkMakassar, 1981
220Varian Keagamaan Orang Bugis-MakassarNadjmuddin, Nurhayati DjamasPLPIIS UNHASUjung Pandang, 1983
221Vocabulary of The English, Bugis and Malay LanguagesThe Mission Press, SingaporeSingapore, 1833
222Wajo' Pada Abad XV – XVI, Suatu Penggalian Sejarah Terpendam Sulawesi Selatan dari LontaraAbidin, Andi Zainal Alumni BandungBandung, 1985
223Wajo Dalam Perspektif ArsitekturNaing, Naidah., dkkPustaka RefleksiMakassar, 2008
224Warisan Arung Palakka, Sejarah Sulawesi Selatan ABAD Ke-17Leonard Y. AndayaPenerbit Ininnawa MakassarMakassar, 2004
225Warisan Budaya Sulawesi SelatanSuriadi Mappangara, NuraedaDiskebpar Sul-Sel
226Wasiat-Wasiat dalam Lontarak BugisS. Budhisantoso., dkkDepartemen P & K, Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Jakarta, 1990
227Hukum Adat, Kesusilaan MalawengAhmad UbbePustaka WatamponeJakarta, 2008
228Cinta, Laut dan Kekuasaan dalam Epos La Galigo
229Sepucuk surat dari Seorang Bangsawan Gowa di Tanah Pembuangan (Ceylon) dalam Jurnal Wacana, Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya, Sastra dan Seputar Sejarah Seputar Era VOCSuryadiFakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Univ. IndonesiaJakarta, 2008
230Kupu-Kupu di Bantimurung; Antologi Cerpen Remaja IIIS. Amran Tasai & A. Rozak Zaidan (ed)Yayasan Obor IndonesiaJakarta, 2003
231Antologi Sastra Daerah Nusantara; Cerita Rakyat Suara RakyatNurhayati Rahman, Sri Suksesi Adiwimarta (ed)Masyarakat Pernaskahan Nusantara & Yayasan Obor IndonesiaJakarta, 1999
232Direkori Edisi Naskah NusantaraEdi S.EkadjatiMasyarakat Pernaskahan Nusantara & Yayasan Obor IndonesiaJakarta, 2000
233Mengasapi RembulanAgus R. SarjonoPusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional JakartaJakarta, 2008
234Monumen Perjuangan di Sulawesi SelatanMukhlis, M. Nur Baso, dkkDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah NasionalJakarta, 1987
235Agama Orang BugisNurhayati DjamasBadan Penelitian dan Pengembangan Agama Departemen Agama RIJakarta, 1998

MENAGIH KARYA TULIS ULAMA SULAWESI SELATAN

$
0
0
Meliuk-liukkan pena di atas kertas hingga berbuah kitab adalah salah satu kepiawaian Ulama klasik,  wujud sahih kesuksesan peradaban Islam pada masa silam (tabi’in, salafy, dan post-salafy). Ulama-Ulama sekaliber Syafi’i, Malik, Ahmad, Hambali, Al Suyuthy, Ibnu Sina, Al Farabi, Ibnu Rusyd, Al Gazaly, Ibnu Arabi, Ibnu Al Jauzi hingga An Nawawi, dan masih banyak lagi Ulama penulis yang telah menjadikan Islam jaya dan dikenal sebagai Agama dengan produktifitas buku paling melimpah sejagad.

QS. Al Jumuah ayat 5 menyebutkan, kamatsalilhimaari yahmilu asfaaruu (bagai keledai yang memikul kitab-kitab tebal). Ayat ini menunjukkan adanya fenomena sejuta kitab dalam peradaban Islam zona arab. Meski ayat ini dipahami sebagai amsal Al Quran (perumpamaan dalam Al Quran), namun memiliki titik fiksi yang jelaskan adanya peradaban menulis yang kuat dari para penyair arab klasik pra Islam hingga para Ulama pasca wafatnya Rasulullah. Al Suyuthi (W. 911 H) misalnya, menelurkan 600 judul kitab, Al Ghazali (W.505 H) 457 judul (versi orientalis 404 judul), An Nawawi (W. 676 H) 115 judul, hingga Syaikh India Maulana Hakimatul Ummah Asyraf Ali At-Tahanawi (W. 1362 H) dalam usia 81 tahun, beliau telah menulis 1000 judul kitab.

Ulama-ulama dulu menjadikan Islam benar-benar terlelap dalam ninabobo kenikmatan intelektual, baik Islamic studies maupun disiplin ilmu umum. Namun, setelah semua kenikmatan intelektual itu dilahap para pengkaji Islam (baca: murid), mereka terlena dan lupa menulis kembali dan menelurkan karya-karya tulis yang segar. Mereka seakan takut menyaingi para ulama dan Syehnya. Dengan karya itu, mereka merasa cukup dengan menggunakannya sebagai panduan studinya. Paradigma ini menjadikan mereka kurang subur dalam publikasi selama berabad-abad. Hingga kini, dengan alasan sama (ditambah alasan lain), para Ulama telah kekurangan daya menulisnya, termasuk Ulama di Sulawesi selatan yang dikenal dengan kharismanya semerbaknya.

Menilik jumlah publikasi para  Ulama Sulawesi yang dikenal cukup produktif tersebutlah Anre Gurutta (AG.) Haji Muhammad As’ad dari Pesantren As’adiyah, Sengkang misalnya, menelurkan kurang lebih 23 judul. Murid-muridnya seperti AG. Yunus Martan, AG. Abdurrahman Ambo Dalle, AG. Daud Ismail, AG. Lanre Said, AG. Muin Salim, dan AG. Hamzah Manguluang, (sementara AG. Muhammad Abduh Pabbaja dan AG. Muhammad Nur, belum terdata) juga menelurkan beberaap karya. Misalnya, AG. Yunus Martan menelurkan Asshalaatu Imaduddin atau Shalat itu tiang agama (tentang fikih ibadah shalat) yang ditulis tangan dalam lontara Bugis oleh puteranya sendiri AG. Prof. H. Muh. Rafi Yunus Martan. MA, Ph.D (Pimpinan Pesantren As’adiyah, Sengkang), sampai sekarang karya fikih Ulama kharismatik itu masih dibaca dan dicari-cari orang.

Sedangkan muridnya, AG. H. Abdul Ghani menelurkan karya tulis dalam bidang Ilmu Sharaf dan Arudhi yang menjadi konsumsi para santri di Sengkang, Wajo. Pula dengan AG. Ambo Dalle, karya-karyanya dijadikan buku wajib bagi santri di pondok Pesantren DDI (Darudda’wah wal Irsyad) selama puluhan tahun.

Bagaimana dengan Ulama-ulama Sulawesi Selatan yang masih hidup (Thaalallahu hayaatahum) seperti Prof. Dr. AG. H, Farid Wajdi, MA (Mangkoso), AG. Sanusi Baco (MUI), AG. Abunawas Bintang (Sengkang). AG. Muhammad Haritsah (Makassar), AG. Wahab Zakariya (Mangkoso), AG. Makkah Abdullah (Sidrap), AG. Abdul Latif Amien (Bone), KH. Ma’ruf Amien (Soppeng), KH. Abu Bakar Pakka (Gowa), dan beberapa Ulama lainnya?

Sampai sekarang belum terdengar ditelinga adanya karya tulis mereka yang dipublikasikan penerbit dan dilahap khalyak muslim. Barangkali ada, namun dalam skala kalangan terbatas, seperti buku AG. Abunawas Bintang, memiliki karya berjudul Bokong Temmawari, sebuah risalah tanya jawab persoalan Umat Islam di Tana Bugis yang barangkali hanya akan dikonsumsi orang-orang yang paham bahasa Bugis dari warga sekitar Sengkang saja atau karya tentang hukum membaca Barazanji (penulis lupa dengan judulnya karena sudah lama sekali sejak membacanya) yang digawangi oleh Prof. Dr. AG. H, Farid Wajdi, MA (sebelum mendapat Doktor (HC) dan Professor) bersama rekan-rekannya, kini tidak dicetak lagi.

Beberapa diantara mereka hanya mampu menulis sebatas artikel dan semacamnya seperti artikel opini yang tulis AG. Muhammad Haritsah dengan judul ‘Menjaga Warisan Ulama’ di Tribun Timur (29/06/12). Sayang, tulisan semacam inipun terbilang jarang ditemui. Jangan Tanya tentang buku karya mereka yang menjadi konsumsi para santrinya dan khalayak.

Keadaan di atas tergolong darurat dalam dunia intelektualisme Islam. Banyak Ulama yang terpesona dan tergoda bahkan membatasi transfer keilmuaan dan khazanah keislamannya via verbal seperti ceramah di Masjid, seminar kampus, radio, dan TV. Padahal siar semacam ini tidak akan bertahan lama. Akan tergerus pasar berbalut kepentingan popularitas, ekonomi dan politik.

Merujuk kepada kata sahabat Ali ra. ikatlah ilmu dengan menuliskannya. Maka dipandang sangat perlu seorang Ulama menuliskan ilmu yang ia dapatkan sebagai warisan paling berharga untuk generasi muslim berikutnya. Seperti isyarat Prof. Dr. Yudian Wahyudi, Ulama harus menulis. Maka Ulama kini diharap untuk tidak meninggalkan tradisi para Ulama klasik, meski itu hanya berupa karya yang sangat sederhana. Bukankah kitab Arba’un, karya tipis Imam An Nawawi berupa kumpulan 40 hadits yang ternyata sampai sekarang menjadi santapan sedap yang dicari-cari hampir di seluruh lembaga pendidikan Islam di dunia. (Termasuk mahasiswa jurusan tafsir hadits fakultas ushuluddin UIN Alauddin dan UMI Makassar, serta Mahasantri Ma’had Al Birr Unismuh, dan sebagainya).

Kendala kemampuan mengoperasikan komputer yang minim bukan menjadi alasan untuk tidak mengasilkan karya tulis, Ulama-Ulama Nusantara sepeti Abdul Rauf As Sinkili (1615-1693) dan Syech Yusuf Al Makassari (1626-1699), Abdussamad al-Falimbani (w. 1789), Muhammad Arsyad al-Banjari (1710-1812), Syekh Nawawi al-Bantani (1813-1879), dan sebagainya tentu menulis dengan pena yang melekat di jari-jari tangannya dan menari-nari di atas kertas. Bahkan para santri tentu senang jika bisa memediasi tulisan tangan Anre Gurunya ke format komputer.

Menulis Adalah Ibadah

Disamping dengan jari dan pena, para Ulama klasik menulis dengan cara mengurangi waktu makan, menulis di pengasingan dan penjara, di waktu sepertiga akhir malam, antara sholat lima waktu, menulis sambil makan, dan dengan bakat kemampuan menulis cepat, seperti Ibnu Taimiyah. Ulama yang menghasilkan sekitar 500 jilid karya tulis itu mampu menulis tentang satu masalah hingga nyaris tak ada batasnya. Ulama dengan banyak talenta disiplin studi Islam ini pula, mampu menulis dua sampai tiga lembar (6 halaman) dalam sekali duduk.

Menulis bukan hanya akan mengkekalkan penulisnya, melainkan karya tulisnya itu akan menjadi warisan paling berberkah dan semerbak intelektual. Ulama Sulawesi Selatan dipandang perlu melirik Ulama-Ulama di pulau Jawa, Ulama-Ulama di Jawa banyak yang menulis karya disiplin pengetahuan Islam yang kemudian dikonsumsi oleh para santri dan bahkan menulis buku-buku yang dilahap oleh masyarakat luas. Meski Sulawesi Selatan dikenal sebagai lumbung Ulama cerdas dan kharismatik, namun kecerdasan ini tidak akan abadi jika tidak dikekalkan dengan pena. Menulis adalah pekerjaan yang tentu melelahkan, tapi itu cuma sejenak, namun menghasilkan keilmuan yang abadi.

Tulisan (opini) ini sebagai penghormatan kepada para Ulama Sulawesi Selatan untuk menjadikan kualitas ummat gemar membaca, tentu karya-karya Ulama Sulawesi Selatan akan membuat ummat penasaran dan membaca karya-karya Ulama yang telah lama dikenalnya tersebut. Karya para Ulama juga akan menjadi sedekah jariyah yang menjadi investasi akhirat tersendiri bagi dirinya.

Menghidupkan kembali minat menulis (ihya al kitabah) para Alim Ulama adalah pekerjaan rumah bagi Ulama juga. Pula peranan penerbit buku lokal untuk mendorong para Ulama Sulawesi Selatan dirasa perlu sebagai motivasi agar Ulama menulis karya. Demikian pula kampus-kampus Islam seperti UIN, UMI, UNISMUH, UIM, dan STAIN barangkali perlu menawarkan metodologi menulis yang mudah bagi para Ulama-ulama Bugis Makassar sebagai upaya meningkatkan kualitas tulisan agar lebih nyaman dibaca. Tak terkecuali bagi Ulama-Ulama muda, baik lulusan Al Azhar Kairo, Sudan, Yaman, Mekah, dan Madinah atau Ma’had Aly, agar melatih kemampuan jurnalistik agar ikut dalam proyek Ihya al kitabah (menghidupkan tulis-menulis) dan melestarikan kembali spirit budaya dan tradisi menulis para Ulama terdahulu yang mulai surut agar Islam kembali mengenggam kejayaannya di bidang Intelektual seperti di Kordova, Mesir, Syiria, dan Bagdad yang dikenal sebagai markaz Ulama penulis yang berpengaruh di dunia Islam.

Untuk tidak mengatakan menagih hutang, maka penulis dengan segala hormat meminta kepada Anre Gurutta agar “melunasi” ketertinggalan Islam yang menghantui ummat dengan energi Qalam.
Kami ingin Sulawesi Selatan kian dikenal sebagai lumbung Ulama Kharismatik. Melahirkan Ulama-Ulama cerdas nan kharismatik yang diakui secara nasional bahkan internasional, melahirkan muballigh nasional/internasional yang juga menjadi dosen sekaligus tokoh masyarakat seperti Prof. KH. Ali Yafy, Prof. Dr. Umar Shihab, Prof. Dr. Quraish Shihab, dan sebagainya. Dimana karya mereka banyak diburu dan dilahap para peminat studi Islam, baik dalam maupun luar negeri.

===

Ketika Petani Kehilangan Capungnya

$
0
0
Ketika Petani Kehilangan Capungnya;
Sebuah Reportase Renungan tentang Masyarakat Adat dan Perubahan Iklim.


Akhir tahun 2010, untuk ketiga kalinya selama merantau ke tanah Jawa, kembali saya menginjakkan kaki di Kampung Mellengnge bagian barat, Desa Cinnongtabi,Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Kamping ini terletak disebalah timur kota Sengkang, ibukota kabupaten Wajo, bersisian ke arah utara dengan kota tua Tosora, bekas ibukota kerajaan Wajo hingga Abad XVII.

Untuk mencapai kampung ini, saya harus melewati perjalanan darat sekitar 30 kilometer dilanjutkan dengan jalan kaki hingga 5 kilometer dari pinggir jalan aspal. Meski dari kampung ini kita bisa menatap kemegahan kota Sengkang dengan tower-tower pemancar jaringan teleponnya, namun untuk menuju kampung ini kita harus menempuh jalan memutar dari Sengkang ke Sempangnge – Paria – Mellengge atau dari arah selatan dengan rute Sengkang – Tampangen – Tosora – Mellengnge. Jangankan jalan aspal, sekedar jalan tanah yang terbukapun tidak ditemui, kecuali jalan setapak berupa pematang sawah yang berlabirin yang menghubungkan Kampung Mellengnge disisi timur dengan kampung Mellengnge sisi barat.

Setelah mata dimanjakan dengan pemandangan hamparan sawah yang hijau dan segar, kaki saya juga dimanjakan dengan bermain air sawah dan sungai-sungai kecil yang terus mengalir kala itu. Maklum saat baru saja turun hujan, jadi air melimpah. Berbanding terbalik dikala musim kemarau, petak-petak sawah yang tadinya becek dan berlumpur akan berganti retakan-retakan unik mirip puzzle yang sambung menyambung.

Dibanding saat pertama kali saya tinggalkan kampung ini, selain penduduknya yang banyak tidak saya kenali lagi dan deretan rumah-rumah yang banyak berubah, kondisi alamnya kampung ini juga banyak berubah. Hal yang paling nyata telah banyak berubah (bahkan tidak lagi saya temui sama sekali) adalah tidak adanya kerbau-kerbau berkeliaran di hamparan sawah atau dipadang rumput seperti 17 tahun yang lalu. Hamparan rumput tempat saya bermain dulupun kini juga telah berubah, tidak lagi hijau dan segar seperti dulu. Rumput yang ada sekarang telah pucat dan hijaunya lebih menyerupai daunan layu.

Ikhwal perubahan ini saya tanyakan pada paman saya. Ia hanya tersenyum penuh arti, seolah paham jika saya memiliki segudang pertanyaan. Kemana gerangan kerbau-kerbau itu? Bersembunyi dimanakah rumput-rumput hijau itu? Sedang dimana gembala-gembala yang berwajah polos dan bersahaja itu? Kemanakah gundukan-gundukan kotoran kerbau yang berwarna hitam gelap dan selalu dikerubuti lalat itu? Kemanakah indahnya alam kampungku?
Serentetan pertanyaan yang saya ajukan bertubi-tubi akhirnya memaksa paman saya buka mulut, memberi jawaban, mesti jawaban sangat singkat dan masih mengandung tanda tanya baru. Ia hanya menjawab, “coba kamu lihat rumput-rumput itu, masih adakah capung dan belalang yang berkejaran dan hinggap disana” tutur pamanku dalam bahasa Bugis lengkap dengan aksennya yang khas.

Jawaban tersebut bukanlah jawaban bagiku, melainkan kalimat tanya yang bernada perintah bagiku.  Saat pamanku kucecar kembali, dengan diplomatis ia menjawab “bukannya kamu anak sekolahan?, masak harus diajari saya yang cuma tamatan sekolah rakyat ini”. Jawaban yang justru menjadi sindiranbagi saya, menelanjangi kebodohan saya yang tak lagi mampu membaca tanda-tanda alam. Tidak seperti mereka yang menjadikan alam sebagai sekolah dan gurumereka. Aku malu!

Dua minggu kemudian, saat saya tiba kembali di Yogyakarta, kota rantauan saya. Sindirandan perintah paman saya tersebut terus tergiang. Memaksaku mencari jawaban,memuaskan rasa ingin tahuku. Lewat berbagai bacaan yang saya lumat, tahulah saya jika ternyata antara capung, rumput dan kerbau memiliki rantai hubungan yang sangat erat. Keberadaan capung dipadang rumput ternyata selalu menjadi patokan para gembala- untuk memilih lokasi rumput yang layak dimakan oleh kerbau-kerbaunya. Jika direrimbunan atau hamparan rumput yang tersedia terdapat banyak capung dan belalang itu berarti rumput itu sehat dan layak dimakan sang kerbau, para gembala akan menggiring ternaknya kesana.

Hilangnya capung di hamparan rumput di kampung saya ternyata karena dipaksa oleh manusia. Saat pepohonan terus ditebangi, maka hamparan rumput akan terkena sinar matahari langsung dan cepat kering.
Embun-embun dipagi hari pun akan cepat menguap dan itu berarti sang capung tak lagi sempat menitipkan telurnya didalam bulir embun tersebut hingga menetas dan menjadi anakan capung. Dengan demikian proses kembang biak capung terganggu. Diluar itu kadang para capung dan belalang sengaja diusir atau diracuni oleh para manusia.Saat petani memberatas gulma dan rumput di sawah dan padang rumput dengan semporotan bahan kimia pembasmi gulma dan rumput, maka rumput itu tidak lagi segar dan sehat dimakan sang ternak. Tidak sehat juga untuk sang capung dan belalang, parahnya bahan kimia itu akan berevolusi pada anakan rumput yang akan tumbuh pada priode-priode berikutnya. Jadilah sepanjang masa, rumput itu  beracun dan tidak sehat bagi kerbau dancapung. Maka wajar jika capung hilang.

Kemampuan membaca alam dan mengerti alam inilah yang dinginkan paman saya untuk saya miliki, mungkin itulah alasannya, mengapa beliau selalu memaksa saya mengitari hamparan sawah dan padang rumput ditengah kampung itu setiap kali saya bertandang ke rumahnya. Bagi paman saya dan masyarakat Bugis sekitarnya, tanda-tanda alam tersebut adalah bentuk kearifan lokal yang mereka bangun secara empiris, berdasarkan pengalaman-pengalaman keseharian.

Hilangnya capung dan belalang itu bagi paman saya yang seorang petani adalah bencana besar. Bahkan sebuah aib dimata para leluhur mereka, mereka dianggap tidak becus menjaga alam, menjaga kelestarian alam dan segala mahluk didalamnya. Tak hanya paman saya yang merasa kehilangan dan ditampar aib, para petani lainnya juga merasakanya, termasuk para gembala kerbau. Bahkan gembala kerbau tidak hanya kehilangan capung dan belalangnya, melainkan juga kehilangan pada rumput yang segar dan lembut serta tidak gatal. Sehingga mereka bisa tidur pulas beralaskan rumput yang hijau, seger dan bersih. Bahkan untuk sekedar rebahan atau selonjoran kaki sambil bermain suling bambupun sudah tak dapat mereka nikmati. Ironis!

Demi menjaga keberadaan capung ditengah sawah dan hamparan rumput, leluhur orang Bugis selalu mengajarkan pada anak cucunya agar tidak menangkap capung. “Ayo anak-anak, berhenti menangkap joli-joli  itu, nanti kamu joli’-joli’”. “Anak-anak, ayo berhenti menangkap Capung itu,nanti kamu bisa mencret”, begitu kalimat sakti para orang tua kami. Lucunya, kami menurut dan betul-betul takut dengan peringatan tersebut. Meski kami tak pernah mencoba untuk membuktikannya.

Kata joli-joli memang memiliki fonem dengan kata joli’-joli’ (senada dengan kata Kali’ orang betawi). Menangkap capung sesungguhnya adalah permainan, bagi kami. Tetapi bagi masyarakat Bugis dan lingkungan adat Bugis. Capung tak sekedar hewan kecil yangtak berdaya. Ia adalah simbol kesuburan, simbol kemakmuran. Tak ada capung yangberkeliaran di padang savana kami, itu berarti rumput di padang itu sudah tak segar dan sehat lagi untuk pakan ternak. Belakangan, setelah kami dewasa, barukami sadari. Ternyata, mitos-mitos ini sengaja ditanamkan orang tua kami, demi menjaga kelestarian sang Capung. Juga keseimbangan ekosistem alam, antara rumput, capung, ternak dan manusia.

Kata orang tua kami, boleh menangkap capung, tapi tidak untukdipelihara. Maka setelah ditangkap, segeralah bebaskan kembali. Sebelum dibebaskan, ada ritual khusus yang harus kami lakukan. Masing-masing capungyang kami tangkap kami arahkan untuk menggigit pusar kami. Inilah bentuk permintaan maaf kami pada sang capung, karena sempat kami tangkap. Konon, dengan digigitnya pusar kami oleh sang capung, kutukan mencret itu hilang dengan sendirinya. Berani coba?

Yogyakarta, 15 April 2013
Oleh : Suryadin Laoddang

Tulisan ini diikut lombakanpada "Kompetisi Penulisan dengan tema 'Masyarakat Adat Sulawesi, DampakPerubahan Iklim dan REDD+
===============
Sumber gambar : nature-of-decay.deviantart.com

Sastra Bugis : Galigo Hari Ini ( Seri 105), Edisi Selingan dari Serial Lamar-melamar

$
0
0
GALIGO HARI INI (SERI 105 )
Edisi Selingan dari Serial Lamar-melamar

Tappa Curu Na Mamelleng (8)
Aduu Parewa Jabba (7)
Tebbu Tonrong Salo (6)

Arti Bugis Umum
Aganatu angkeqmu iko, mattappa tomalasatono, masumpu nyawa tono, dettona gaga rettemu

Arti Indonesia
Apa yang dapat kami andalkan pada dirimu, sudah berwajah tanpa harapan, kamu juga tidak memiliki kelebihan apapun dan juga tidak memiliki pengaruh apapun.

Penjelasan
Secara umum galigo termasuk kategori sulit, masing-masing baris memiliki kata kunci untuk menjelaskan makna masing-masing baris untuk mencapai makna utuh dari galigo ini. Pada baris pertama kata kuncinya terletak pada kata “curu na mamelleng”, sementara rangkaian kata pada baris kedua dan ketiga semuanya menjadi kata kunci yang terikat dan dalam sebuah kesatuan makna.

Kata curu memiliki makna “sesuatu yang sengaja (memilih) tenggelam” untuk bersembunyi agar tidak terlihat dipermukaan atau tidak tampak oleh orang lain. Tempat bersembunyi ini biasanya dilakukan di air dalam atau dibalik semak-semak, onggokan batu, kayu dan benda lainnya. Kata Mamelleng memiliki makna “wajah yang tatapan kosong”, kata ini mungkin sudah jarang ditemui dalam bahasa pergaulan akhir-akhir ini. Di sebelah timur kota Sengkang (Ibukota Kabupaten Wajo Sul-Sel) atau tepatnya di sebelah utara Kota Tosora (Bekas Ibukota Kerajaan Wajo sebelum pindah ke Sengkang) terdapat sebuah kampung yang bernama Mellengnge. Konon, kampung yang kini terletak di desa Cinnongtabi ini pada masa Musuq Sellengnge (1669) dihuni oleh-oleh penduduk yang memiliki wajah tanpa gairah hidup. Disebabkan oleh rasa sedih mereka melihat hancurnya istana Tosora karena dibombardir oleh meriam-meriam Belanda yang waktu itu bersekutu dengan Kerajaan Bone.

Pada baris kedua ditemui rangkaian kata “Aduu Parewa Jabba” yang secara bebas dapat diterjemahkan menjadi “rumput yang menjadi bahan utama membuat sangkar burung”. Sangkar burung yang dalam bahasa Bugis disebut “Jabba”. Jabba biasanya dibuat dari bahan baku berupa tanaman dari kelompok tebu-tebuan yang lebih mirip rumput. Bentuk dan warnanya mirip bambu kuning/gading. Telle jika ditulis dalam bahasa Bugis, bisa dibaca menjadi Telleng (tenggelam), analogi telleng inilah yang diterjemahan menjadi tenggelam yang memiliki makna seseorang yang tidak menonjol ditengah orang kebayakan. Ibarat seseorang yang tidak memiliki pengaruh apapun. Adanya tidak menambahi, tidak adanya tidak mengurangi.

Pada baris ketiga, kata “Tebbu Tonrong Salo” secara bebas dapat diterjemahkan menjadi tanaman tebu yang tumbuh di hilir sungai. Tebu semacam ini pasti rasanya hambar, tidak manis seperti tebu pada umumnya. Ungkapan ini umumnya dialamatkan pada orang yang tidak memiliki kelebihan atau keunggulan apapun yang dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan lingkungannya. Secara utuh, , galigo ini ingin mengikhtibarkan agar setiap manusia dalam menghadapi hidup harus optimis, harus memiliki kelebihan dan dapat diterima ditengah masyarakat. Semoga kita termasuk didalamnya.

Galigo edisi berikutnya kembali akan membahas tentang galigo-galigo yang dipakai saat melamar. Pantengin terus yah!


Budaya Bugis : Kaum Feminim Dalam Budaya Bugis

$
0
0
Kaum Feminim Dalam Budaya Bugis

Tulisan ini pernah dipublikasikan di Harian Fajar
Oleh : Muhammad Nasir

Sederet nama besar seperti Aminah Wadud Muhsin, Ashgar Ali Engineer, Fatima Mernissi, Riffat Hassan, Nasaruddin Umar, dan sebagainya, lazim dikenal di dunia kajian feminisme dengan usaha mereka menyembelih ternak-ternak paradigma zaman tentang kaum feminin (wanita) lewat karya-karya monumental yang mereka telorkan, bahwa makhluk Tuhan yang bekulit halus ini merupakan sendi kelemahan dan ketidakberdayaan dalam perjalanan hidup umat manusia.

Mereka bahkan berani memasuki wilayah otoritas ahli-ahli agama (baca: Ulama) yang secara doktrin menurut sorotan mereka tersebut telah menempatkan wanita sebagai terbelakang dan sebagai manusia domestik. Padahal agama tidak menghendaki adanya dominasi patriakhi atas wanita secara sepihak. Mereka semua sama di hadapan Tuhan dan mereka berhak mendapatkan makna-makna dunia sebagai tempat persinggahan yang nyaman menuju kehidupan abadi (akhirat).

Bagi sosio-kultural masyarakat bugis, feminisme juga mendapatkan porsi yang cukup dalam tatanan suku yang berasal-muasal dari Sulawesi Selatan ini. Bahkan sejak masuknya Islam pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan yang menggeser nafas Hindu-Budha secara besar-besaran di pulau kawasan Indonesia timur ini. Feminisme bugis mulai menyerap nilai-nilai Islam yang kemudian diejawantahkan dalam sosio-kulturalnya. Jadi Islam, Bugis, dan wanita adalah segitiga bio yang telah membatu dan hidup dalam nafas orang-orang Bugis.

Memang, jika dibandingkan dengan pria, wanita adalah makhluk yang lebih lemah dari segi fisikal. Padahah sesungguhnya, pria ataupun wanita sama-sama tercipta dari setetes air yang hina, perihal otot yang dimiliki pria merupakan lambang kekuatan dalam berkerja dan menafkahi keluarganya. Ditinjau dari sudut sosio-geografis, orang-orang Bugis kebanyakan bekerja sebagai petani, nelayan, dan pedagang, sehingga kaum maskulin (pria) orang Bugis layak mengfungsikan ototnya dan kaum fenimis tidak bisa berbuat banyak dalam hal ini. Makanya kaum fenimis lebih cenderung dinafkahi bukan menafkahi. Andaikan orang-orang bugis telah sepenuhnya hidup dalam suasana kota besar dan memiliki lahan pendidikan dengan beragam jurusan, maka kaum feminis Bugis akan banyak yang menjadi wanita karir atau sekurang-kurangnya memiliki pekerjaan untuk nafkah hidupnya.

Demikian pula dalam hal adat melamar/ meminang (Bugis: ade’ ma’duta), bagi sosio-kultural orang bugis, wanita sebagai pihak terlamar, bukan pelamar, hal ini senada dengan nilai-nilai kebudayaan Islam telah teralkulturatif, bahwa prialah yang melamar wanita. Berbeda dengan saudara sebangsa di tanah Minang nan jauh di sana, kaum pria sebagai pihak terlamar, bukan pelamar. Hal ini merupakan tradisi kaum batak asli yang nampak berbeda dengan panggadereng to ogi (kultur orang Bugis) pada khususnya.

Karena teralkulturasi dengan budaya Islam sejak tiga abad yang lalu, kaum feminis orang Bugis pantas menjaga kehormatannya (akkalitutungeng siri’na) yang dalam bahasa agama disebut sebagai “hifzd al farj”. Orang Bugis mengerti bahwa kaum feminisnya merupakan cermin kemuliaan suku. Jika kaum yang berkulit halus dan bersuara lembut ini melampaui batas-batas agama dalam hal kehormatan diri, seperti perselingkuhan, protistusi, zina, pergaulan bebas, membuka aurat bak candoleng-doleng yang menjamur itu, dan sebagainya, maka nilai-nilai kemuliaan (Islam: karamah) wanita dalam suku Bugis mengalami keretakan bahkan bisa diramalkan tinggal fosil belaka yang dikaji oleh banyak peneliti kebudayaan kelak.

Feminisme yang ditawarkan oleh sederetan ilmuan besar tersebut di atas, berbeda dengan feminisme yang disuguhkan oleh Bugis. Mereka menawarkan kesetaraan gender yang menggugat otoritas ahli-ahli agama dimana berbeda jenis dengan kesetaraan gender ala Bugis yang berusaha memahami peradaban yang telah dibangunnya sejak dulu. Hal ini dikarenakan adanya tingkat sosio-historis dan sosio-geografis yang menjadikan perbedaan itu. Namun pada dasarnya, wanita bugis berhak menjadapatkan kesetaraan jender dan untuk tidak melangkah jauh kepada kawasan feninisme liberal, feminisme marxix, feminisme radikal, dan feminsme sosialis yang memberi lampu hijau kemandirian yang berbahaya bagi kaum yang khas dengan rambut panjangnya ini.

Orang Bugis yang dikenal sebagai pelaut dan perantau ulung ini memang menarik untuk disorot, budayanya yang khas dan citra kemandiriannya yang tersohor ini membuat penulis tertarik untuk menyuguhkan sebuah redaksi tentang citra wanita Bugis yang mulia. Jadi, siapa saja yang mengaku sebagai makkunrai ogi (wanita Bugis) yang muslimah, namun tidak mencerminkan nilai-nilai agama (baca: Islam), maka kebugisannya (baca: pengenalannya terhadap suku bugisnya) dipertanyakan. Bukankah wanita Bugis hatinya sehalus sutera Sengkang, sealembut kain baju bodo, dan semanis kue barongko’?. Tidak dinafikan bahwa pria juga harus sedemikian karena pria dan wanita sebenarnya sama walaupun tidak disamakan.

=================
Sumber  Foto : Copy dari Group Sempugi

Agus Piranhamas, Melumat Rejeki Internet Marketing Bagai Ikan Piranha

$
0
0
Agus Piranhamas selalu dengan celana putihnya


Perjalanan hidup Guru, Pakar, Jagoan Internet Marketing ini sungguh menarik untuk disimak. Masa kecil yang penuh air mata akibat pribadinya yang seorang introvert. Masa kuliah yang penuh pengabdian dan masa-masa kerja serta awal bergelut dalam dunia Internet Marketing yang merubah hidupnya. Lahir dengan nama lengkap Agus Setiyawan kini menjadi praktisi sekaligus “akademisi” dunia Internet Marketing. Ikuti wawancara Suryadin Laoddang dari Majalah Inspirasi bersama Agus Piranhamas beberapa minggu lalu.

Kenapa orang-orang menyebut Anda Guru, Pakar, Jagoan Internet Marketing?
Tentu ini tidak saya dapat dengan serta merta, butuh proses panjang. Saya mengenal dunia internet pada tahun 2006, itupun saya tidak kalau di email kita ternyata ada fasilitas Log Out. Sebelumnya, setiap saya buka email langsung saya matikan aja tanpa log out, akibatnya email saya sering dikerjain orang. Tentang Blog saya mengenalnya setelah privat sama seorang Mahasiswa semester tiga, parahnya mahasiswa ini ditemani pacarnya akibatnya saya jadi salah tingkah. Tapi itu semua melecut semangat saya untuk terus belajar dan berani salah. Hasilnya yah apa yang saya dapat dan nikmati sekarang.

Sebelum saya jadi pembicara internet marketing seperti sekarang, saya telah mempraktekkanya dulu, dulu saya jualan bantal lewat internet. Dari situ saya bisa beli rumah, beli mobil dan bikin perusahaan.

Mengapa Anda membidik menjadi Pembicara atau guru bisnis Online dengan harga di bawah rata-rata pelatihan atau trainer Internet Marketing yang lain?
Saya ingin membuat sebanyak mungkin orang Indonesia paham akan potensi Internet Marketing ataupun bisnis Online. Dunia Internet Marketing atau bisnis Online masih menyimpan banyak potensi untuk dimaksimalkan agar menjadi sumber rezeki. Sebenarnya banyak teman-teman yang bergelut di dunia Internet Marketing atau bisnis Online yang juga jago tapi kebanyakan mereka malu-malu untuk menjadi pembicara.

Apa yang membedakan diri Anda dengan Pembicara Internet Marketing lainnya?
Dalam mengajarkan ilmu Internet Marketing saya harus memperlakukan setiap orang yang kami ajar seperti bayi. Ajari dengan kasih, berilah ikan, kail dan danau agar mereka hidup selamanya. Mengajar dari hal-hal terkecil dan telaten, serta jangan membeda-bedakan murid. Ngajar siapapun berapa orang pun yang kita berikan harus maksimal. Semua ilmu yang saya ajarkan akan saya berikan. Prinsipnya Open No Limit – Except AURAT Tidak ada yang dirahasiakan, ilmu itukan datang dari Tuhan dan Tuhan tidak pernah minta Royalti. Lha, kok kita mau minta Royalti.

Untuk sebuah pelatihan Internet Marketing berapa sih anggaran yang harus disediakan oleh penyelenggara khusus buat Anda?
Untuk kalangan sekolah, kampus dan organisasi sosial prinsipnya berapapun okelah, yang penting bisa nutup transport, konsumsi dan penginapan saya. Untuk perusahan atau event organizer sangat variatif, terngatung materi yang harus saya sampaikan. Range-nya antara 3 s/d 5 Jutalah.

Tadi Anda disebut juga sebagai Praktisi, seperti apa itu?
Sebelum saya menjadi pembicara Internet Marketing, sebelumnya saya juga jualan bantal lewat jalur on line. Sebelum itu saya pernah jualan alat tulis kantor (ATK), Busana muslim dan Jibab. Lalu pada tahun 2006 mulai mengenal komputer dan 2008 dunia maya. Saya mulai dengan menjual CD tentang ISO menggunakan Yahoo Groups. Saat itu saya masih menggunakan warung internet untuk jualan. Semuanya harus serba saya hitung dan bila bisa saya tawar. 7 bulan penuh saya lalu dengan menggunakan sepeda onthel supaya tidak kena ongkos parkir. Saya juga selalu mencari warnet yang paling murah dan bisa ditawar. Dari situ semakin banyak orang-orang yang ingin berguru tentang Internet Marketing pada saya, tawaran menjadi pembicara baik seminar maupun talkshow radio pun mulai berdatangan.

Selain jualan on line dan menjadi pembicara internet marketing, apa lagi yang menjadi bisnis Anda?
Untuk jualan online praktis tidak saya tangani langsung saat ini, cukup dikerjakan karyawan saya. Jadi saya lebih banyak keliling Indonesia untuk berbagi ilmu internet marketing. Selain itu saya juga menjadi konsultan beberapa perusahaan dan wirausahawan yang ingin memaksimalkan penjualannya lewat internet marketing. Kalau yang satu agak mahal tarifnya dan harus nego langsung.

Untuk berbisnis Online, berapa modal awalnya?
Jangan selalu menganggap modal itu dengan uang, salah satu murid saya di Jogja bisa jualan Gula Merah dengan untung 17 juta dalam dua minggu tanpa modal sepeserpun. Ia hanya menjadi penghubung antara produsen dan pembeli. Jadi modal paling utama adalah kemauan yang diikhtiarkan dengan paham internet dan tahu tehnik jualan lewat Internet Marketing. Sederhana sekali.

Jika ada pebisnis atau pemula yang ingin berguru pada Anda, bagaimana?

Ayo! Siapa takut saya selalu siap. Kontak saya di 081 333 84 11 83 (Simpati), 081 753 7894 (XL), 081 556 711 744 (Mentari), 0341 54 55330 (Flexi). Twitter : SpeakerINTERNET, Website : www.pembicarainternetmarketing.com, Facebook : Agus PIRANHAMAS REALITOR,

 ==============================================================
AGUS PIRANHAMAS, MELUMAT REJEKI INTERNET MARKETING BAGAI IKAN PIRANHA
Oleh : Suryadin Laoddang

Adat Bugis : Ajaran Melayani Tamu Orang Bugis

$
0
0

Contoh Rumah Orang Bugis

Invasi informasi dan arus sosial yang menghawatirkan telah merubah tatanan social secara besar-besaran, hingga nyaris melumpuhkan aspek silaturahim dan solidaritas. Dari sulitnya mencari teman, mengenal tetangga, bahkan sampai di area paling nyata, seorang mantan tamu enggang bertamu lagi karena kondisi tuan rumah yang lupa menghargai tamunya kemarin. Namun nampaknya kondisi negatif ini kurang berlaku bagi masyarakat Bugis. Tamu adalah raja, barangkali itu yang mereka maksudkan dengan sipakaraja dalam cerita kuno nenek moyang orang Bugis. 

Macca duppa to pole, panguju to lao (pintar menerima tamu, membekali orang pergi) itulah kalimat familiar di kalangan masyarakat Bugis, meski dipakai dalam situasi mencari jodoh sebagai ciri-ciri istri yang baik, namun juga merupakan sebuah filosofi familiar tentang tradisi menjamu tamu. Barangkali inilah takwil dari sipakatau dalam nafas manusia Bugis.

Tradisi orang Bugis dalam menerima tamu, si tamu akan dijamu oleh tuan rumah meski si tuan rumah memiliki kadar ekonomi yang rendah, walau hanya hidangan nasi ketan dan ikan kering di pagi hari, sayur kelor di siang hari, dan ikan mujair di malam hari. Orang Bugis menjamu tamunya seakan tidak ingin tamunya merasa kekurangan, bahkan rela mengeluarkan kocek sedikit di luar rata-rata pengeluaran keluarga sendiri dalam setiap harinya. 

Tradisi menjamu tamu ini dapat dijumpai dalam masyarakat Bugis, tidak hanya di Sulawesi, bahkan di rantauan, tradisi mengahargai tamu ini masih kuat digenggaman . Meski tidak semua orang Bugis memiliki rasa kedermawanan yang sama, namun secara keumuman, tradisi ini hampir disadari oleh semua masyarakat yang mengenal orang Bugis.

Menjamu tamu erat kaitannya dengan memahami tuan rumah, seorang tamu wajib memahami apa kondisi rumah dan penghuninya, jika dirasa kurang berkenan tinggal di rumah itu, si tamu harus memahaminya.

Dalam ajaran agama Islam, batas waktu bertamu maksimal 3 hari berdasarkan sebuah hadits dalam shahih Bukhari. Bukan mengusir diri sendiri, melainkan hal ini dimaksudkan agar tuan rumah tidak kewalahan melayani hak tamu yang boleh jadi sangat membebani. Bahkan diajurkan, seorang tamu membawa bekal untuk si tuan rumah sebagai penyeimbang segala pengeluaran yang diupayakan oleh di tuan rumah.

Si tamu diharapkan memegang prinsip sipakatau, rumah orang ibarat titipan, hal-hal bertalian seperti kebersihan, keamanan, dan prabot rumah tangga dipelihara dengan baik. Kata-kata dan norma kesopanan pun harus dipelihara. Seorang tamu yang baik akan meninggalkan kesan yang baik di mata tuan rumah, demikian pula tuan rumah yang ramah dan dermawan, akan meninggalkan jejak positif di mata tamu itu sendiri. Jika tamu merasakan kenyamanan berada di rumah tuan rumah, serasa ingin berlama-lama tinggal di situ, meski itu tidak dianjurkan. Tapi, jika seorang tamu yang bertabiat buruk. Maka, tuan rumah berhak mengusirnya meski fakta itu jarang terlintas di telinga, bukankah rumah adalah hak pemiliknya.

Di tengah arus budaya luar yang menggerogoti masyarakat berbudaya, suasana silaturrahim dan tradisinya ini nampaknya masih dipelihara oleh orang Bugis, bukan berarti masyarakat non-Bugis tidak demikian, melainkan orang Bugis sedikit memiliki keunikan dalam hal tamu, barangkali hal yang sama ada pada masyarakat di luar orang Bugis. Tapi tidak dikupas dalam artikel ini.

Tradisi masih terjaga dan tentu harus terus dijaga. Tuan rumah selalu melakukan dan memberi yang terbaik. Bukan berlebihan, meski terkesan merepotkan tuan rumah, tapi di balik hati yang paling dalam, tuan rumah tidak merasa repot, tuan rumah berusaha memperlihatkan pelayanan terbaiknya. Maka seringkali tuan rumah mengatakan kepada tamunya yang hendak pulang, Aja tagerri-gerri monro bolaE nayang artinya, “jangan kapok-kapok tinggal di rumah ini yah”. Bukan hanya itu, orang Bugis pun memberi bekal kepada tamunya yang pulang itu meski hanya seikat bokong(ketan atau ketupat) dan bajabu’kaluku (abon kelapa) atau kelapa justru buah kelapa itu sendiri hingga buah-buahan dari kebun. Jika itu tidak ada, bekal salam dan sejahtera serta doa saja sudah cukup menjadi bekal bagi sang tamu dalam perjalanan berikutnya.

================
Oleh : Muhammad Nasir
Photo : kasuwiyang9.blogspot


Peluang Usaha : UBIYABI

$
0
0
MODAL AWAL CUMA 250 RIBU, KINI OMZETNYA 1 JUTA PER BULAN

Berbeda dengan varian makanan berbahan ketela ungu lainnya, kali ini Suryadin Laoddang dari INSPIRASI USAHA menemukan aroma, citarasa dan tekstur khas dan asli dari ketela ungu.

Rasa yang selalu tak didapatinya ketika menikmati makananan olahan seperti bakpia tela ungu atau bakpao tela ungu yang pernah ngetred di Yogyakarta berberapa tahun lalu. Saat menikmati Ubiyabi Coklat Keju, rasa itu terasa. Meski ketela ungu tersebut telah diolah dengan tambahan keju dan taburan coklat di permukaannya.

Bikin kenyang tapi gak bikin eneg! Begitulah kesan yang selalu dirasakan para pelanggang Ubiyabi. Racikan unik ini oleh penggagasnya, Angga Kusuma Aribowo diberi nama Ubiyabi. Nama Selain Ubiyabi Coklat, masih terdapat menu variatif lain seperti Ubiyabi Strawberry, Ubiyabi Blueberry, Ubiyabi Coklat, Ubiyabi Keju hingga paket minuman seperti Susu Ubiyan, Milkshake Ubiyabi dan minuman lainnya.

Kekhasan menu Ubiyabi memang terletak pada bahan bakunya yakni Ketela Rambat varian Ungu atau akrab disebut Ketela Ungu. “saya tertantang bagaimana mewujudkan sebuah menu berbahan lokal seperti tela ungu tapi dengan citarasa yang digemari generasi sekarang, seperti citarasa coklat, strawberry atau keju. Yah hasilnya seperti ini. Perlu diketahui, ubi ungu memiliki senyawa antioksidan yang tinggi sehingga baik untuk menjaga kesehatan” cerita Angga mengawali pembicaraan malam itu bersama INSPIRASI USAHA.

Masih menurut Angga, ide ini adalah ide lama. Tahun 2009 lalu pada kelas Kewirausahaan di Kampusnya Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta, ia dan teman kelompoknya menjadikan menu ini sebagai bahan penelitian, setelah lolos presentasi lalu dipamerkan dalam event kampus saat itu. Oleh Angga, ide terus diwujudkan. Dengan modal Rp. 250.000,- ia mengawalinya dengan menawarkan makanan olahannya ini lewat jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, dan beberapa situs paket diskon lainnya. Awalnya Angga hanya melayani pemesanan dengan sistem layanan delivery service. Pelanggannya adalah para kawula muda dan kaum urban belia.

Kini, Ubiyabi telah membuka gerai dengan setting café gaya mahasiswa dibilangan utara kota Yogyakarta, utara Rumah Sakit Jogja International Hospital Yogyakarta. Dekat dengan lingkungan pemondokan Mahasiswa dari UPN, UII, STIE YKPN, STIMIK AMIKON, STIE SBI, POLTEKKES Permata Indonesia dan POLTEKKES Guna Bangsa. Buka dari jam 16.00 hingga 23.00 WIB. Khusus untuk delivery service hanya melayani request order hanya sampai dengan jam 10.00 WIB. Pembatasan ini sengaja dilakukan untuk menjaga kualitas pesanan juga ketepatan waktu pengantaran, paling penting untuk menjaga agar sajian tetap hangat ketika diterima konsumen.

Menjawab pertanyaan INSPIRASI USAHA seputar rahasia sukses Ubiyabi bertahan dalam memasarkan makanan “kampung” seperti ubi ungu. Pemuda kelahiran 1987 ini menuturkan “jangan salah, warga urban dan perkotaan sekarang sudah mulai rindu dan doyan makanan kampung, ini tidak terlepas dari kian maraknya makanan tidak sehat yang beredar saat ini. Lihat aja beras pake pemutih, buah-buahan dan sayuran impor ternyata disuntik pewarna, ya maka wajar jika masyarakat rindu makanan kampung semisal sagu, jagung dan umbi-umbian seperti ubi ungu ini”.

“Kini tantangan dan kuncinya ada pada kita, mampu gak kita memodifikasi makanan kampung tersebut menjadi bercitarasa modern seperti yang kita inginkan sekarang?” tantang Angga lebih lanjut.

ILUSTRASI BISNIS

Belanja MODAL

Oven Sederhana  (Hock)                                           Rp.        240.000,-
Kompor Gas 1 Tungku                                              Rp.        200.000,-
TOTAL BELANJA                                                        Rp.       440.000,-

Belanja Harian
Cup Alumunium Foil (100 cup x Rp.500)            Rp.          50.000,-
Bahan Pelengkap Lainnya                                      Rp.        100.000,-
Gas dan Lainnya                                                       Rp.           15.000,-
Biaya Listrik dan Telpon                                        Rp.           15.000,-
Gaji Karyawan                                                         Rp.          20.000,-
Biaya Internet                                                          Rp.              5.000,-
Biaya Promosi                                                         Rp.           20.000,-
TOTAL BELANJA                                                     Rp.       225.000,-

PEMASUKAN HARIAN
Jika asumsi setiap harinya laku 80 cup/mangkok dengan harga rata-rata Rp. 7.000, maka Omzet per hari adalah Rp. 560.000

KEUNTUNGAN HARIAN
Pemasukan – Belanja Harian
( Rp. 560.000 - Rp. 225.000,-)                                               Rp.     335.000,-

Hasil penjualan diatas baru sebatas sajian makanan yang ditawarkan, belum termasuk produk minuman dan camilan kripik lainnya yang omzetnya juga memcapai angka 600 ribu. Jadi dalam satu hari, ubiyabi meraup omzet Rp. 1.000.000,- per hari.

Ubiyabi buka setiap hari (termasuk hari Minggu) dapat dikunjungi atau dihubungi di Jl. Gurameh Raya No 24, Minomartani, Sleman Yogyakarta Jam Operasional: Pukul 16.00 - 23.00 WIB. Tempat disetting sangat romantic, cocok buat keluarga, rombongan atau pasangan, apalagi tersedia fasilitas Hot Spot. Pemesanan ke Twitter : @ubiyabi, Facebook: ubiyabi, Pin BB : 3131F1F2, Telp: 081904900009.

Peluang Usaha : Lampu Mancung

$
0
0
BISNIS LAMPU MANCUNG, UNTUNGNYA PUN MANCUNG

Masyarakat Jawa mengenalnya dengan nama mancung, masyarakat Bugis menyebut lofi-lofi majang. Orang jawa melihat ujungnya yang runcing lagi mancung, orang bugis melihat bentuknya yang serupa perahu, itulah alasan mereka memberi nama yang berbeda. Sayang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tidak ditemukan kata untuk menyebutkan benda yang menjadi bungkus bunga kelapa ini. Di tanah jawa, bugis dan mungkin di daratan manapun barang ini hanya dijadikan bahan bakar, kayu bakar.

Tapi di tangan orang kreatif dan bercitarasa tinggi, pelindung manggar (bunga kelapa) ini bisa disulap menjadi benda kerajinan bernilai jual tinggi. Benda ini diolah sedemikian rupa hingga menjadi lampu hias bernilai seni nan mempesona, dimanfaatkan sebagai aksesoris rumah bergengsi dan berkelas. Para perajin di Yogyakarta menyebutnya lampu mancung. Bentuknya unik dan cantik untuk menghias interior rumah khususnya kamar  tidur Anda, dengan model dan ukuran yang bervariasi lampu mancung ini juga cocok untuk interior cafe, resto, rumah karaoke, family house hingga hotel berbintang. Tak hanya dalam negeri, lampu mancung ini juga mampu menembus pasar luar negeri, ekspor.

Untuk mengejar dan memenuhi pesanan dalam dan luar negeri, Akbar berburu mancung hingga Kulonprogo, Purworejo dan Kebumen. Ia beli rata-rata Rp 500,-/batang. Bermodal inovasi dan kreasinya, pelindung mancung dan dimodifikasi dan dikombinasi dengan benda lain, lalu disulap menjadi kap-kap lampu atau produk sejenis lainnya. Dalam prosesnya dibutuhkan kemampuan mereka bentuk dan kreasi yang sesuai dengan bahan dan bahan pendukung lainnya. Tak jarang lampu mancung buat Akbar ini dikombinasikan dengan rotan, serat gebong pisang, serat pandan, serat nenas dan bahan-bahan alami lainnya. Peralatan yang dibutuhkan adalah gergaji, pisau, amplas hingga cat melamin. 

Produk-produk yang kemudian berada di bawah label Javatic itu, dipasarkan dengan harga pada kisaran Rp 55.000,- sementara belanja modalnya sekitar Rp. 30.000. Itu untuk produk lampu mancungnya saja, belum termasuk produk lainnya, secara gamblang Akbar hanya menggambarkan bahwa dalam sebulan usahanya mampu meraup omzet hingga Rp. 40.000.000,- Margin keuntungannya mencapai 20%, ini berarti dalam sebelum Akbar yang mempekerjakan 5 orang karyawan ini besar mengangtongi untung hingga Rp. 8.000.000,-

Berbendera Javatic Home Deco, selain kerajinan kap mancung kelapa Akbar juga mengembangkan bisnis kerajinan untuk kelas Furniturem Handicraft berbahan kayu juga accessories lainnya. Saat di temui di workshopnya di Jalan Menukan 10 A Yogyakarta, Akbar dengan penuh semangat memperkenalkan ratusan hasil olahan kerajinan berbahan baku kayu jati bekas dan tua, juga dari bahan kayu belukar yang diolah menjadi pigura, bingkai cermin hingga berbagai model hiasan interior rumah lainnya. Bagi Ayah sedang bahagai menanti kelahiran anaknya ini, kunci sukses untuk bertahan dan berhasil dalam bisnis kerajinan adalah kemampuan memilihi bahan baku yang berkualitas serta inovasi dan ide kreatif dalam mewujudkan ide-ide yang selaras dengan keinginan dan permintaan konsumen. Jika tiga hal ini mampu diramu secara apik, maka barang kita pasti laku, bahkan dengan harga berapapun. Produk semacam ini tak hanya menjual kualitas produk, melainkan prestise atau kebanggaan bagi yang membelinya, urai Akbar kepada Suryadin Laoddang dari Majalah Inspirasi Usaha.

Simulasi Usaha
Modal Awal:

Peralatan:

Etalase                                                                  Rp    3.000.000,00

Mesin pengolahan & Finishing                   Rp    8.400.000,00

Peralatan Kerja                                                 Rp    5.000.000,00

Sewa Tempat                                                    Rp.10.000.000,00

Jumlah                                                                  Rp 26.400.000,00



Omzet per bulan:

Rp. 40.000.000,00



Biaya Operasional per bulan:

Harga pokok bahan baku                                              Rp  7.500.000,00

Gaji pegawai                                                                      Rp  4.000.000,00

Perawatan dan spare part peralatan                       Rp  1.106.000,00

Transportasi                                                                       Rp  2.300.000,00

Listrik, telpon dan internet                                          Rp  2.000.000,00

Jumlah                                                                                  Rp23.312.000,00



Keuntungan Per Bulan:

(Rp 40.000.000,00 - Rp  23.312.000,00 ) = Rp 16.688.000,-



ROI (Return of Investment)

( modal awal : laba per bulan )       = 2 bulan

Tips Hamil : Aku Jadi Konsultan Cara Cepat Hamil

$
0
0

Ini, sungguh hari yang berbeda bagi saya. Entah apa pasal sejak sore kemarin hingga siang ini semua orang bercerita padaku seputar kehamilan, persalinan dan anak. Mulai dari yang berbagi kabar gembira, berbagi suka cita, yang sekedar curhat hingga menjadikanku konsultan dadakan. Ada interaksi lewat telpon, sms, chating facebook ada yang curhat colongan saat bersua di area umum bahkan ada yang bela-belain datang ke rumah. Mereka datang bercerita tentang kehamilannya, tips hamil, tips agar cepat hamil, tips melahirkan dan lain sebagainya.

Jujur, dijadikan jujukan pertanyaan seperti menjadi sebuah kebanggaan bagiku, tapi sekaligus beban.

Bangga karena mereka menganggap saya punya sesuatu untuk saya bagi, mungkin karena saya sudah pengalaman dan sudah punya anak, Alhamdulillah. Mungkin juga karena istri saya adalah seorang tenaga bidan yang banyak tau ikhwal hamil, kehamilan dan persalinan. Mungkin juga karena tulisan-tulisan saya selama ini yang “kadang” bercerita tentang pengalamanku menjadi suami, pengalaman “menghamili” istri, pengalaman merawat anak. Atau, mungkin juga karena tulisan saya tentang detik-detik saat anak pertama kali lahir dari rahim bundanya. Satu diatara tulisan tersebut berjudulu AKU (IKUT) MELAHIRKAN ANAKKU.

Terasa menjadi beban, karena saya bukanlah orang yang paham betul dengan dunia hamil, kehamilan dan persalinan tersebut. Saya hanyalah orang yang juga sedang belajar tentang itu semua, belajar langsung pada istri saya, pada tetua keluarga saya, belajar dari sahabat-sahabat lainnya, belajar dari membaca buku, juga lewat bacaan di internet. Itulah bekal saya, sehingga saya begitu lihai bercerita tentang dunia hamil, kehamilan dan persalinan. Hal ini juga ditambah karena dunia kerja saya adalah dunia kesehatan, saya bekerja disebuah yayasan yang menaungi sebuah rumah sakit dan perguruan tinggi kesehatan. Selain itu banyak keluarga saya yang bekerja di dunia kesehatan. Tapi itu semua tidak cukup, pengetahuan, ilmu dan pengalaman saya masih terbilang cetek, maka saya ragu dan merasa terbebani. Takut jika apa yang saya sampaikan justru salah dan berakibat fatal.

Saat saya sarankan mereka menyambangi dokter ahli kandungan, faktor biaya konsultasi menjadi kendala mereka. Kusarankan membaca buku-buku atau artikel tentang itu, mereka mengeluhkan jika banyak buku seperti itu yang dibuat asal-asalan. Bahkan ada yang hasil COPY PASTE EDIT semata, bukan ditulis oleh orang yang berpengalaman. Atau ada juga yang merupakan hasil saduran bahasa semata dari bahasa luar ke bahasa Indonesia, yang tidak memperhatikan karakteristik masalah dan kondisi ibu hamil di Indonesia yang tentu berbeda kasus dan latar belakang dengan kasus-kasus hamil, kehamilan dan persalinan diluar negeri.

Tergerak untuk, maka saya coba menelisik dimana bisa saya dapatkan rujukan serupa konsultan dan buku yang layak dijadikan acuan bagi para sahabat yang ingin banyak tahun seputar dunia hamil, kehamilan dan persalinan. Terutama tips agar cepat hamil. Insya Allah buku yang saya rekomendasikan ini akan bermanfaat. Sayang buku ini tidak beredar sembarangan dipasaran, tapi dipasarkan secara online dan pembelian harus dengan jalur pesanan online.
Buku ini ditulis oleh dokter spesialis kandungan, tentunya ia ahli dalam menangani masalah seputar dunia hamil, kehamilan dan persalinan. Terutama tips agar cepat hamil. Dalam bukanya, dr. Rosdiana Ramli, SpOG berhasil mengulik masalah infertilitas dengan tuntas dan lengkap dengan bahasa yang ringan sehingga mudah dipahami pembaca yang awam istilah medis. Tak ketinggalan pula bahasan tuntas tentang fakta di balik mitos-mitos cara cepat hamil yang berkembang di masyarakat kita. Beberapa dari mitos tersebut ternyata bisa dibuktikan kebenarannya secara medis sementara kebanyakan mitos lainnya tidak benar.

Keobjektifan buku ini terletak pada padah materinya yang tidak mempromosikan obat-obatan, klinik, ataupun rumah sakit tertentu. Tidak mengadakan kerjasama promosi dengan lembaga/perusahaan manapun. Buku ini tersedia dalam bentuk digital, sehingga mudah untuk disimpan dalam perangkat komputer bahkan sangat nyaman untuk dibaca melalui handphone ataupun Ipad, Ipod dan sejenisnya. Selain buku utama yang berjudul Panduan Lengkap Cara Cepat Hamil, juga tersedia 4 ebook lainnya. Bukunya terbilan murah, hanya sekitar 170 ribuan.

Sepertinya sudah terlalu panjang tulisan dan curhat saya, bagi yang ingin melihat penjelasan lengkap tentang bukunya silahkan buka laman / website berikut http://tipshamil.com/?ref=AyahSayangAnak. Selamat membaca, selamat mencoba, selamat menikmati masa-masa indah memiliki momongan. Kelak kalo sudah berhasil ceritalah pada saya.

Maaf, Saya Bukan Peneliti Budaya

$
0
0
Anggaplah tulisan ini sebagai klarifikasi, pembetulan tapi bukan pembelaan karena memang tidak ada yang perlu saya bela. Saya hanya ingin meluruskan suatu hal yang hadirkan kegelisahan bagi saya juga bagi orang-orang disekitar saya.

Muasal tulisan ini berasal dari sebuah poster publikasi sebuah acara berlabel Budayata’ II 2013 yang dihelat oleh sahabat-sahabat dan adik-adik saya di Malang – Jawa Timur. Dalam poster publikasi tersebut tertulis nama saya selaku narasumber dalam dialog budaya bertema “Warisan Budaya Bugis – Makassar”. Dibelakang nama saya tertulis sepenggal frase yang menjelaskan bahwa saya adalah seorang peneliti budaya. Frase itulah yang membuat saya gelisah, sematan gelar tersebut rasaya terlalu berlebihan bagi saya. 

Dalam kamus besar bahasa Indonesia diuraikan bahwa peneliti adalah setiap orang yang melakukan aktivitas menggunakan sistem tertentu dalam memperoleh pengetahuan atau individu yang melakukan sejumlah praktik-praktik dimana secara tradisional dapat dikaitkan dengan kegiatan pendidikan, pemikiran, atau filosofis. Secara khusus, istilah peneliti dikaitkan pada individu-individu yang melakukan penelitian (meneliti) dengan menggunakan metode ilmiah. Seorang peneliti, bisa jadi adalah seorang ahli pada satu bidang atau lebih dalam ilmu pengetahuan. Kriteria itulah yang saya belum memiliki. Hingga detik ini belum satupun penelitian yang telah saya kerjakan dan telah dipublikasikan secara ilmiah. Maka dengan tegas saya katakan, saya belum layak disemati sebutan sebagai peneliti budaya. Saya hanyalah seorang pegiat budaya yang mencoba memperkenalkan budaya Bugis – Makassar ke dalam lipatan-lipatan waktu masyarakat Indonesia bahkan dunia. 

Produk-produk budaya asli Bugis – Makassar berikut produk budaya yang berupa serapan dari budaya luar perlu saya hadirkan dalam bentuk tulisan untuk dibaca oleh siapapun. Bahasa tulisan adalah median paling murah meriah yang dapat saya gunakan untuk memperkenalkan budaya Bugis – Makassar. Murah dari segi biaya karena hanya butuh kemauan untuk menuliskannnya, ditambah sedikit rupiah untuk akses internet, maka jadilah tulisan-tulisan tersebut bisa dibaca oleh siapapun dan dimanapun ia berada. Tanpa batasan usia, ruang dan waktu bahkan tanpa batasan biaya. Murah meriah karena para pembacanya cukup buka akses ke internet dan mencarinya di blog pribadi saya atau di laman facebook saya. Tidak lagi harus membeli buku yang super tebal, langka dan mahal. 

Jadi, ijinkan saya tegaskan. Bahwa saya hanyalah sekedar pegiat budaya bukan pakar budaya, bukan budayawan apalagi peneliti budaya. Sematan peneliti budaya adalah ranahnya para akademisi, bukan ranah saya yang hanya sekedar ikut nimbrung menggelorakan semangat melestarikan budaya, khususnya budaya Bugis – Makassar.

Untuk sekedar nimbrung itupun saya masih harus banyak belajar pada para begawan budaya Bugis – Makassar seperti Prof. Nurhayati Rahman, Prof. Aminuddin Salle, DR. A. Ima Kesuma, DR. Naidah Naing, DR. Muhtazar, DR. Ahmad Saransi, DR. Ahmad Ubbe, DR. Andi Agussalim, Mustari Ambok, M. Ruislang Noortika, Jamal Gentayangan, Nirwan Arsuka, Nur Wahidah, Dian Cahyadi, Andi Farid Makkulawu, Andi Oddang, Andi Rahmat Munawar, Noor Sidin, Ambo Tang Daeng Matteru, Dang Bate M, Asril Gunawan, Rara Sultan, Juhansar A. Latif, Danial, Nursam Ombak, Joe Marbun, Mansoer Hidayat, Asriadi Surya G, Panembahan Kariwara, Didi Ab, Renaldi Maulana, Samang T Sumpala, Suharman Musa, Afrat Lagosi, Ika Farikha Hentihu, Cheng Parudjung dan masih banyak lagi yang lain.

Diluar itu saya juga masih terus dan harus terus membuka ratusan literatur berupa buku, makalah dan lembaran-lembaran lontaraq yang butuh dan biaya untuk mendalaminya. Terkait poster publikasi yang terlanjur beredar, saya telah sampaikan ke panitia agar tidak usah menggantinya, meski dalam poster tersebut nama saya tertulis salah. Tidak tega melihat panitia harus mengeluarkan biaya lagi untuk cetak ulang poster publikasi baru. Bukankah kegiatan budaya adalah kegiatan yang selalu sepi dari donator dan sponsor. 

Berbeda dengan kegiatan-kegiatan yang mengusung tema politik yang selalu diincar para donator, atau acara hiburan yang jadi rebutan para sponsor. Bukan begitu? 

Akh, jangan-jangan saya salah lagi. Sudahlah tidak usah diteruskan takut saya dianggap sok analitis, bisa tambah runyam nantinya. Salam budaya, mari terus gelorakan semangat melestarikan, merawat dan membumikan nilai-nilai budaya kita masing-masing. Sekali lagi salam budaya. 



Mercu Buana Yogyakarta Go Open Source

$
0
0

Hingga hari ini, Indonesia masih menduduki peringkat “terbaik” dalam rangking negara dengan pembajakan hak cipta. Dalam siaran pers United States Trade Representative beberapa waktu lalu, Indonesia bersama 12 negara lain berada dalam priority watch list, peringkat tertinggi pelanggaran hak cipta. Negara lain yang masuk daftar ini adalah Aljazair, Argentina, Kanada, Ciles, Cina, India, Israel, Pakistan, Rusia, Thailand, Ukraina dan Venezuela. Dalam Kongres Memerangi Pembajakan dan Pemalsuan di Istambul, Turki, Kamis, 24 April 2013. Terungkap kerugian dar pemalsuan dan pelanggaran hak cipta mencapai US$ 1 triliun ditambah hilangnya kesempatan kerja bagi 2 juta orang. "Itulah biaya mahal yang harus kita hadapi akibat pembajakan hak cipta intelektual dan pemalsuan," kata Sekretaris Jendral Interpol, Ronald K Noble.


Berangkat dari keprihatinan inilah, Himpunan Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Tehnik Informasi (FTI) Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY)menyelenggarakan seminar sehari dengan tema “Open Source Day” pada tanggal 18 Mei 2013 bertempat di Ruang Seminar Kampus II Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Jl Jembatan Merah 84 C Gejayan Condong Catur Yogyakarta. Seminar yang diikut oleh peserta dari mahasiswa UMBY dan kampus lainnya ini, menghadirkan pembicara Agus Sidiq Purnomo, M.Eg dan Komunitas Indonesia Go Open Source (Igos), seminar ini mengupas tantangan dan peluang software komputer open source di Indonesia.

Inilah yang disebut masyarakat mengembangkannya, mengaplikasikannya, dan memperbaiki kelemahannya. Dari kita, oleh kita dan untuk kita bersama.

Selaku pembicara utama Agus Sidiq Purnomo yang juga adalah dosen UMBY memaparkan Aplikasi open source adalah program komputer yang lisensinya memberi kebebasan kepada pengguna dalam menjalankan program tersebut untuk apa saja, mempelajari dan memodifikasi program tersebut, lalu mendistribusikan hingga penggandaan program asli atau yang sudah dimodifikasi tanpa harus membayar royalti kepada pembuat sebelumnya. Sehingga jika para pembuat aplikasi dapat mempelajari, mendistribusikan ulang, dan mengubah perangkat lunak tersebut, maka perangkat lunak itu akan berkembang. Inilah yang disebut masyarakat mengembangkannya, mengaplikasikannya, dan memperbaiki kelemahannya. Dari kita, oleh kita dan untuk kita bersama. Sementara kampus UMBY sendiri telah menggunakan tehnologi Open Source sejak 2011 lewat program bertajuk Mercu Buana Yogyakarta Go Open Source yang disingkat My OS.

Sementara Arif Pranoto dan Ibnu Yahya mewakili komunitas IGOS dengan lugas melakukan demo berbagai aplikasi yang bersifat open source karya anak Indonesia seperti Sistem Operasi, Software Aplikasi dan Software yang kualitas dan kehandalannya setera dengan aplikasi keluaran perusahan software sekelas Microsoft (Windows). IGOS sendiri adalah sebuah komunitas yang berisi para relawan pengembang/kontributor tehnologi open source dan telah mendapat dukungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Mewakili dekan FTI, Indah Susilowati, M.Eg selaku wakil dekan FTI menyampaikan harapannya agar seminar ini mampu mengajak masyarakat terutam mahasiswa untuk berperan aktif dalam mengurangi angka pembajakan hak cipta di Indonesia. Dengan demikian itu akan membanggakan Indonesia dan memperbaiki citra Indonesia sendiri. Sementara Ketua Program Studi Sistem Informasi FTI UMBY dengan berkelakar dalam seminar tersebut mengatakan “kalau ada yang gratis kenapa harus repot beli yang berbayar, makanya ayo pake tehknologi open source”. Seminar ditutup dengan pembagian puluhan door prize bagi para peserta.


=================
Oleh : Suryadin Laoddang / Mahasiswa Prodi Sistem Informasi






TAMPIL TRENDY DAN CANTIK DENGAN MUKENA DISTRO

$
0
0
Menunaikan ibadah shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan tanpa memandang apa strata sosialnya, bagaimana fisiknya, bahkan berapa banyak harta kekayaannya. Kewajiban ini termaktub dalam kitabullah, al-Qur’an. Perintah untuk mendirikan shalat senantiasa diulang-ulang, bahkan tak kurang dari 234 ayat khusus mengenai shalat. Ini secara nyata mengindikasikan betapa pentingnya ibadah ini dipenuhi. 
Dalam salah satu ayatNya, Allah SWT berfirman,  "Dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat  Allah adalah lebih besar" (QS 29:45).
Gambar : mukenadistro.com
Sesungguhnya pula tersirat banyak tujuan yang ingin disampaikan sang khalik dalam ajakanNya agar kita, hambanya senantiasa menunaikan ibadah shalat, salah satunya agar kita mampu tercegah dari perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji diartikan untuk semua perkataan dan perbuatan yang mengotori kehormatan dan kesucian diri, sementara mungkar yang dimaksudkan yakni apa saja yang ditolak oleh syariat. Dimana makna shalat yang dimaksud bukan saja hanya sekedar menggerakkan tubuh dan mengucapkan bacaan tertentu dalam shalat (hanya tubuh yang bergerak) tetapi lebih pada bagaimana kita memaknai shalat sebagai media munajat kita kepada sang pencipta dan upaya agar kita senantiasa mengingatNya sebagaimana tertera pada akhir ayat. Bermunajat kepadaNya menciptakan kondisi dimana kita berkomunikasi denganNya dalam upaya menyampaikan segala kesyukuran atas setiap anugerahNya, menumpahkan kegundahan jiwa dan hati kita kepada Yang Maha membolak-balikkan hati agar kita memperoleh ketentraman, serta sebagai media kontemplasi. 
Di sisi medis, berdasarkan pada penemuan-penemuan mutakhir, bermunajat padaNya ternyata memiliki kaitan dengan kesehatan tubuh, dimana sesungguhnya dengan mendirikan shalat, seseorang akan memperoleh ketenangan jiwa karena pada saat menunaikan shalat dengan khusyuk sesungguhnya seseorang sedang berada pada frekuensi yang sama dengan meditasi. Pencapaian ketentraman jiwa ini juga sesuai dengan janjiNya dalam usaha mengingatNya dengan ber-shalat, “Dan bukankah dengan mengingat-Ku hati menjadi tentram?” (QS 13 : 28). 
Ketentraman jiwa ini pada dasarkan akan menghilangkan segala penyakit jiwa yang diderita manusia, yang dalam dunia psikologis diketahui tentang keterkaitan antara penyakit jiwa yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ-organ tubuh tertentu sehingga mengakibatkan adanya reaksi tertentu atau dengan kata lain membuat orang tersebut sakit, berdasarkan ini maka menjadi layaklah jika shalat dinilai berkaitan dengan kesehatan seseorang. 
Gambar : mukenadistro.com
Dalam keseharian kita yang ditemani dengan padatnya kegiatan atau banyaknya rutinitas yang menanti, tentunya kita tidak ingin meninggalkan ibadah shalat setelah mengetahui fedahnya bukan? Kapan pun dan dimana pun, terutama kita para perempuan dapat dengan mudah menemukan fasilitas tempat beribadah, entah di tempat kita bekerja, pusat perbelanjaan, bahkan saat berlalu-lalang di jalan raya, masjid atau musholla kian berjamur, alhamdulillah.
Nah, untuk memudahkan para perempuan dalam bermunajat kepadaNya, maka MUKENA DISTRO sebagai distro muslim pertama dan satu-satunya di Indonesia kini hadir melengkapi langkah kita dalam menempuh niat kita dalam beribadah. Konsep hand mate menjadi ciri khas utama MUKENA DISTRO yang ditangani langsung oleh tangan yang terlatih dan terampil, sehingga jahitan dijamin rapi bahkan tanpa menggunakan teknik obras pada pinggiran kain, kain mukena yang dikenakan dipastikan tak akan terurai dan terlepas lho girls.
Munculnya MUKENA DISTRO berangkat dari maraknya tren Distribution Outlet pada tahun 2000-an yang menjamah seluruh wilayah fashion hingga pada akhirnya mengekspansi produk-produk muslim. Kreatifitas yang pantas diacungi jempol untuk MUKENA DISTRO karena mampu memproduksi desain atau motif yang maksimal hanya 3 produksi saja, bahkan untuk edisi Limited Edition-nya hanya 1 girls, hebat yah!!
Bahkan MUKENA DISTRO juga sangat peduli lho dengan penampilan kita girls, produknya dilengkapi dengan tas cantik yang didesain secara eksklusif, sepadan, dan senada dengan mukenanya. Tidak sampai disitu saja, MUKENA DISTRO dalam mendesain tasnya dirancang setara dengan tas pesta girls, sehingga bisa mendukung penampilan formal kita saat jadwal dipenuhi dengan acara resmi tanpa mesti melupakan untuk bermunajat padaNya. MUKENA DISTRO tentu saja membuat kita sebagai perempuan modern semakin tampil cantik nan trendy dalam balutan mukena yang sesuai dengan hukum syar’i, kudu mesti jadi ‘item WAJIB BELI’ nih sista.
Gambar : mukenadistro.com
MUKENA DISTRO terus berinovasi dengan mengeluarkan puluhan desain baru, cantik, dan terbatas sist. Dengan tetap konsisten terhadap kualitasnya, MUKENA DISTRO kini dapat dijumpai para ibu muda, eksekutif muda, dan kaum sosialita di kota besar negeri Merah Putih, seperti; Makassar, Sengkang, Aceh, Palembang, Riau, Lampung, Samarinda, Palangkaraya, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Pacitan, Jember, Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Ciamis, Jepara, dan Semarang. Alhamdulillah yah sist, outletnya banyak sehingga memudahkan kita dalam pencarian. 
Jadi tunggu apalagi girls buruan ke outlet terdekat gih atau untuk melihat jenis-jenis produk terbaru MUKENA DISTRO dapat bersua di media sosial Facebook (Mukena Distro) dan Twitter (@Mukena_Distro) atau silahkan berkunjung ke situs resminya di http://www.mukenadistro.com. Selamat menemukan mukena kesukaan kamu, sehingga saat bermunajat padaNya, kita dapat menggunakan pakaian(mukena) terbaik kita sebagai tanda kecintaan kita padaNya.

sumber : hujan-hitam.blogspot.com

Pustaka Makassar : Perempuan Makassar; Relasi Gender dalam Folklor

$
0
0

Penggunaan bahasa dalam sebuah masyarakat mencerminkan realitas sosial budaya masyarakat tersebut pda zamannya. Bahasa dengan berbagai aspekanya dapat berfungsi mengungkap representasi bentuk-bentuk jender dalam budaya yang terkemas melalui ungkapan atau simbolisasi yang terakomodasi dalam teks cerita rakyat. Perpaduan pengkajian bahasa dan budaya mencoba membuktikan bahwa bahasa dapat mengekspresikan, menambah, dan mensimbolisasikan realitas kultural. Kekayaan nuansa sosial budaya suatu masyarakat dapat diungkap melalui penggunaan bahasa.


Buku ini meruapakan hasil penelitian Doktoral penulis yang mencob mengungkap representasi bentuk-bentuk jender dalam budaya Makassar berdasarkan teks folklore untuk memperoleh gambaran tentang relasi jender berdasarkan identitas sosial serta peran yang diemban perempuan dan laki-laki berupa peran kodrati (peran reproduksi) dan peran budaya (peran domestic, produktif dan sosial). Selain itu, ulasan dalam buku ini mencoba menemukan nilai-nilai sosial budaya Makassar khususnya bagaimana budaya Makassar memosisikan perempuan dan laki-laki dalam bentuk tatanan verbal. Verbalisasi dan simbolisasi sebagai refleksi realitas masyarakat Makassar mencoba mengungkapnya.
DAFTAR ISI :

BAB I : Perempuan Makassar
  • Aspek Sosial Politik
  • Aspek Bahasa
  • Perempuan dalam Cerita Rakyat
  • Perempuan Kekinian
  • Tentang Buku Ini
BAB II : Apresiasi Teoritis
  • Teori Folklor
  • Bahasa dan Gender
  • Teori-teori Bahasa dan Budaya
  • Indeks, Ikon dan simbol dalam semiotika
  • Paradigma Strukturalisme Levi Strauss
  • Kerangka Berpikir
BAB III : Relasi Gender dalam Folklor Makassar
  • Representasi bentuk-bentuk Gender
  • Relasi Gender berdasarkan Identitas sosial dan peran gender dalam folklor
BAB IV : Nilai-nilai Sosial Budaya Makassar tentang Gender
  • Nilai-nilai sosial
  • Nilai-nilai budaya 
BAB V : Penutup

Mukena Distro Bukan Mukena Biasa

$
0
0
Perkembangan fashion dewasa ini sudah semakin berkembang. Mulai dari pakaian anak-anak hingga pakaian dewasa. Semua dikemas dengan begitu apik dan menarik serta didistribusikan meluas, baik menggunakan online shop hingga ke distribution outlet (distro). Sebagai contoh besar yang dilihat saat ini adalah menjamurnya distro yang menjajakan beragam produk-produk fashion.

Seiring dengan perkembangan tersebut, distro kini sudah merambah moslem fashion. Produk distro yang kini mulai “booming” adalah mukena distro. Konsep mukena distro menjadi salah satu bentuk inovasi untuk memberikan kesan berbeda serta eksklusif. Namun, bukan berarti bahwa mukena distro hanya diperuntukkan bagi yang “berduit” saja. Siapa saja bisa menjadikan mukena distro sebagai salah satu pelengkap ibadah setiap hari.

Beda mukena distro dengan mukena pada umumnya adalah terletak pada proses pembuatannya. Mukena distro merupakan produk handmade, artinya mukena yang dibuat dengan keterampilan tangan. Tentu saja yang membuatnya memiliki keahlian khusus dalam mengolah bahan hingga menjadi mukena distro cantik, keren dan eksklusif seperti yang bisa dilihat saat ini. Motif mukena distro bisa menambah semangat untuk beribadah tanpa menghilangkan esensi ibadah itu sendiri.

Selain motif mukena distro yang menawan hati, jumlah produk mukena distro dibuat tiap modelnya tidak banyak atau terbatas. Sekitar 2-3 pcs per motif. Bahkan ada juga motif yang dibuat khusus hanya 1pcs saja untuk menambah kesan eksklusif. Jadi tidak perlu khawatir memakai mukena distro tersebut ada kesamaan dengan kepunyaan orang lain. Oh iya, mukena distro ini juga dirancang dengan aksesoris tas. Motifnya disesuaikan dengan mukena. Tak perlu repot untuk menaruh mukena bahkan bisa dijadikan multi fungsi untuk menyimpan ponsel. Warna juga beragam sehingga bisa dipilih sesuai selera.

Untuk mendapatkan mukena distro ini tidak sulit. Distribusi mukena distro sudah mencapai hampir di seluruh kota besar di Indonesia, seperti Yogyakarta, Solo, Medan, Aceh, Palembang, Riau, Lampung, Palangka Raya, Samarinda, Makassar, Sengkang, Surabaya, Pacitan, Jember, Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Ciamis, Jepara dan Semarang.

Bagaimana, penasaran?! Jika ingin tahu lebih lanjut tentang mukena distro atau ingin melihat koleksi terbaru, silakan aja kunjungi Facebook : Mukena Distro dan Twitter : @Mukena_Distro serta Website resmi mukena distro http://www.mukenadistro.com.

Perkembangan fashion dewasa ini sudah semakin berkembang. Mulai dari pakaian anak-anak hingga pakaian dewasa. Semua dikemas dengan begitu apik dan menarik serta didistribusikan meluas, baik menggunakan online shop hingga ke distribution outlet (distro). Sebagai contoh besar yang dilihat saat ini adalah menjamurnya distro yang menjajakan beragam produk-produk fashion.
Seiring dengan perkembangan tersebut, distro kini sudah merambah moslem fashion. Produk distro yang kini mulai “booming” adalah mukena distro.Konsep mukena distro menjadi salah satu bentuk inovasi untuk memberikan kesan berbeda serta eksklusif. Namun, bukan berarti bahwa mukena distro hanya diperuntukkan bagi yang “berduit” saja. Siapa saja bisa menjadikan mukena distro sebagai salah satu pelengkap ibadah setiap hari.
Beda mukena distro dengan mukena pada umumnya adalah terletak pada proses pembuatannya. Mukena distro merupakan produk handmade, artinya mukena yang dibuat dengan keterampilan tangan. Tentu saja yang membuatnya memiliki keahlian khusus dalam mengolah bahan hingga menjadi mukena distro cantik, keren dan eksklusif seperti yang bisa dilihat saat ini. Motif mukena distro bisa menambah semangat untuk beribadah tanpa menghilangkan esensi ibadah itu sendiri.
Mukena Distro Bukan Mukena Biasa 2 Mukena Distro Bukan Mukena Biasa
Selain motif mukena distro yang menawan hati, jumlah produk mukena distro dibuat tiap modelnya tidak banyak atau terbatas. Sekitar 2-3 pcs per motif. Bahkan ada juga motif yang dibuat khusus hanya 1pcs saja untuk menambah kesan eksklusif. Jadi tidak perlu khawatir memakai mukena distro tersebut ada kesamaan dengan kepunyaan orang lain. Oh iya, mukena distro ini juga dirancang dengan aksesoris tas. Motifnya disesuaikan dengan mukena. Tak perlu repot untuk menaruh mukena bahkan bisa dijadikan multi fungsi untuk menyimpan ponsel. Warna juga beragam sehingga bisa dipilih sesuai selera.
Mukena Distro Bukan Mukena Biasa Mukena Distro Bukan Mukena Biasa
Untuk mendapatkan mukena distro ini tidak sulit. Distribusi mukena distro sudah mencapai hampir di seluruh kota besar di Indonesia, seperti Yogyakarta, Solo, Medan, Aceh, Palembang, Riau, Lampung, Palangka Raya, Samarinda, Makassar, Sengkang, Surabaya, Pacitan, Jember, Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Ciamis, Jepara dan Semarang.
Bagaimana, penasaran?! Jika ingin tahu lebih lanjut tentang mukena distro atau ingin melihat koleksi terbaru, silakan aja kunjungi Facebook : Mukena Distro dan Twitter : @Mukena_Distro serta Website resmi mukena distro http://www.mukenadistro.com.
- See more at: http://chemistrahmah.com/mukena-distro-bukan-mukena-biasa.html#sthash.6nUCckCq.dpuf
Perkembangan fashion dewasa ini sudah semakin berkembang. Mulai dari pakaian anak-anak hingga pakaian dewasa. Semua dikemas dengan begitu apik dan menarik serta didistribusikan meluas, baik menggunakan online shop hingga ke distribution outlet (distro). Sebagai contoh besar yang dilihat saat ini adalah menjamurnya distro yang menjajakan beragam produk-produk fashion.
Seiring dengan perkembangan tersebut, distro kini sudah merambah moslem fashion. Produk distro yang kini mulai “booming” adalah mukena distro.Konsep mukena distro menjadi salah satu bentuk inovasi untuk memberikan kesan berbeda serta eksklusif. Namun, bukan berarti bahwa mukena distro hanya diperuntukkan bagi yang “berduit” saja. Siapa saja bisa menjadikan mukena distro sebagai salah satu pelengkap ibadah setiap hari.
Beda mukena distro dengan mukena pada umumnya adalah terletak pada proses pembuatannya. Mukena distro merupakan produk handmade, artinya mukena yang dibuat dengan keterampilan tangan. Tentu saja yang membuatnya memiliki keahlian khusus dalam mengolah bahan hingga menjadi mukena distro cantik, keren dan eksklusif seperti yang bisa dilihat saat ini. Motif mukena distro bisa menambah semangat untuk beribadah tanpa menghilangkan esensi ibadah itu sendiri.
Mukena Distro Bukan Mukena Biasa 2 Mukena Distro Bukan Mukena Biasa
Selain motif mukena distro yang menawan hati, jumlah produk mukena distro dibuat tiap modelnya tidak banyak atau terbatas. Sekitar 2-3 pcs per motif. Bahkan ada juga motif yang dibuat khusus hanya 1pcs saja untuk menambah kesan eksklusif. Jadi tidak perlu khawatir memakai mukena distro tersebut ada kesamaan dengan kepunyaan orang lain. Oh iya, mukena distro ini juga dirancang dengan aksesoris tas. Motifnya disesuaikan dengan mukena. Tak perlu repot untuk menaruh mukena bahkan bisa dijadikan multi fungsi untuk menyimpan ponsel. Warna juga beragam sehingga bisa dipilih sesuai selera.
Mukena Distro Bukan Mukena Biasa Mukena Distro Bukan Mukena Biasa
Untuk mendapatkan mukena distro ini tidak sulit. Distribusi mukena distro sudah mencapai hampir di seluruh kota besar di Indonesia, seperti Yogyakarta, Solo, Medan, Aceh, Palembang, Riau, Lampung, Palangka Raya, Samarinda, Makassar, Sengkang, Surabaya, Pacitan, Jember, Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Ciamis, Jepara dan Semarang.
Bagaimana, penasaran?! Jika ingin tahu lebih lanjut tentang mukena distro atau ingin melihat koleksi terbaru, silakan aja kunjungi Facebook : Mukena Distro dan Twitter : @Mukena_Distro serta Website resmi mukena distro http://www.mukenadistro.com.
- See more at: http://chemistrahmah.com/mukena-distro-bukan-mukena-biasa.html#sthash.6nUCckCq.dpuf

Mukena Distro Teman Ibadah Ramadhan Kali Ini

$
0
0
Mukena Distro Teman Ibadah Ramadhan Kali Ini bisa menjadi bahan referensi bagi muslimah dimana pun berada. Mukena itu sendiri menjadi pakaian wajib bagi muslimah dalam beribadah. Kehadiran mukena distro sebagai salah satu bentu perkembangan moslem fashion yang bisa dijadikan pelengkap fashion saat ini. Apalagi dalam waktu dekat Ramadhan akan menemui seluruh ummat muslim di dunia.

Apa sih kelebihan dan keunikan dari mukena distro? Sebelumnya perlu dipahami bahwa kata distro itu sendiri adalah singkatan dari distribution outlet. Kelebihan mukena distro ini terletak pada proses pembuatan yang semua bersumber dari keahlian tangan alias handmade. Tidak hanya dari segi proses pembuatan itu saja, mukena distro juga dibuat tidak banyak. Dalam arti bahwa satu motif hanya dibuat sekitar 2 hingga 3 pcs saja sehingga kesan eksklusif mukena distro dipertahankan. Jadi tidak perlu khawatir jika motif mukena memiliki banyak kesamaan di beberapa tempat. Yah, terkadang faktor gengsi menjadi salah satu alasan juga bagi setiap orang memiliki barang yang tidak terdapat kesamaan di tempat lain.

Untuk mendapatkan mukena distro ini tidaklah sulit. Sebab peredaran mukena distro sudah terdapat di beberepa kota seperti Samarinda, Makassar, Sengkang, Surabaya, Pacitan, Jember, Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Ciamis, Jepara, Yogyakarta, Solo, Medan, Aceh, Palembang, Riau, Lampung, Palangka Raya, dan Semarang. Jika masih ragu dan ingin mengetahui lebih banyak tentang mukena distro ini, bisa menghubungi Mukena Distro (Facebook) atau Twitter : @Mukena_Distro. Masih belum lengkap?! Informasi mukena distro juga bisa ditemukan di sini www.mukenadistro.com.

Jadi, tunggu apalagi?! Mari persiapkan mukena distro sebagai perlengkapan ibadah menyambut Ramadhan kali ini. Di samping itu, sucinya hati juga jangan sampai terlupakan.
Viewing all 332 articles
Browse latest View live